Sherly memaparkan hasil penelitian disertasinya di hadapan Tim Promotor yang terdiri dari Prof Ir Johan Silas, ketua promotor dan Ir Ispurwono Soemarno M Arch PhD, sebagai Co-Promotor. Sementara itu, tim penguji terdiri dari Prof Dr Ir Herman Wahyudi DEA, Dr Ing Ir Haryo Sulistyarso, dan Ir Basauli Umar Lubis MSA PhD.
Dalam disertasinya, Sherly mengulas soal pengembangan permukiman di Indonesia yang dalam perencanaannya cenderung mengabaikan urgensi ruang publik. Perencanaan yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi masyarakat pemukiman. ”Padahal masyarakat kelas menengah ke bawah lebih sering menggunakan ruang publik untuk bersosialisasi,” papar Sherly.
Untuk itulah, menurut Sherly diperlukan perencanaan yang benar dengan memperhatikan faktor dan karakteristik ruang publik yang inklusif dan eksklusif. Dengan menggunakan analisa tipo-morfologi, Sherly menemukan adanya perbedaan karakteristik antara ruang publik inklusif dan eksklusif. ”Ruang publik inklusif memiliki karakter yang lebih dinamis dan aktivitas yang heterogen dibandingkan ruang publik eksklusif yang statis dan egaliter,” kata Sherly.
Secara intensif, Sherly mengadakan studi penelitian di Makassar. Uniknya di daerah tersebut, meski masyarakatnya heterogen, perencanaan dan pengembangan pemukimannya tetap memegang aspek sosial. ”Makassar sebagai pintu gerbang perkembangan di Indonesia timur kini sedang mengalami perkembangan, sehingga banyak lahan yang sedang beralih fungsi,” terang Sherly. Potensi masalah ini yang ia jadikan studi kasus utama dalam penelitiaanya.
Dua metode sekaligus ia gunakan dalam penelitian disertasinya. Perpaduan metode tersebut tersusun atas metode kualitataif dan kuantintatif. Selain itu, pendekatan sosiologi khususnya tentang ruang sosial juga ia gunakan. ”Penelitian yang sudah ada selama ini hanya menggunakan metode kualitatif sehingga menghasilkan teori yang kurang mendalam,” kata wanita yang mengaku mahir berbahasa Sunda dan Gorontalo ini.
Dalam disertasi tersebut, Sherly menyebutkan bahwa permukiman masyarakat menengah ke bawah, karakteristik ruang eksklusif dan ruang inklusif ruang publiknya dipengaruhi oleh besaran ruang, bentuk ruang, batas ruang dan zonasi ruang. ”Di samping itu, budaya, kebiasaan dan pengalaman yang terjadi di masyarakat juga mempengaruhi pembentukan karakteristik tersebut,” ujarnya.
Dari hasil penelitiannya, Sherly menilai ruang publik bukan sesuatu yang bersifat fisik, spasial, dan arsitektual saja. Ruang publik juga mengandung aspek sosial, budaya, ekonomi, hukum, dan hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial dalam masyarakat permukiman.
Jika dirinya menggunakan basis ilmu sosio-arsitektur, hasil studinya ini dapat digunakan juga untuk basis ilmu lain yang ingin melakukan penelitian untuk kasus yang berkaitan dengan ruang publik. ”Ilmu sosial-antropologi nantinya juga dapat melakukan pengembangan untuk penelitian ini,” ungkap wanita kelahiran Jayapura ini. (anl/fz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan