Dr Bambang Sudarmanta, tim Eco Campus ITS menyebutkan, saat ini ITS telah memiliki pusat pengolahan sampah terpadu. Dalam unit ini segala pengerjaan sampah mulai dari pemilahan, pencucian hingga pengolahan kembali akan dilakukan. "Hasil buangan akan diolah hingga siap dimanfaatkan kembali," ujar dosen Jurusan Teknik Mesin ini.

Bambang juga menjelaskan, unit ini nantinya akan mampu mewujudkan penggunaan listrik mandiri dengan pembangkit listrik tenaga sampah. Pada tahap awal, program listrik mandiri ini akan diterapkan untuk menerangi sepanjang jalan dari Asrama ITS hingga Gedung Olahraga (GOR). "Harapan kita tentunya bisa menerangi seluruh kampus ITS," ujar Bambang.

Selain itu, ia juga menjelaskan, program pengolahan sampah di ITS akan diakukan dengan tiga cara yakni pembakaran, gasifikasi dan fermentasi. Pada proses pembakaran, sampah yang telah dipilah akan dikelompokan dalam beberapa kategori. Kategori sampah anorganik yang tidak bernilai ekonomis akan dibakar dalam insenerator dan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan metode gasifikasi. Metode ini berbeda dengan metode sebelumnya karena tidak dilakukan pembakaran. Dalam metode ini, sampah yang berupa biomassa akan diubah menjadi synthetic gas yang kemudian akan dimurnikan kembali. Gas yang telah dimurnikan tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel atau mesin bensin.

Selain dua cara tersebut, Bambang dan timnya juga telah mengembangkan metode lain yakni metode fermentasi. Diakui olehnya, metode ini belum pernah diterapkan pada sampah. Namun, ia menyakini bahwa cara ini juga bisa menjadi alternatif. Ia menyebutkan, beberapa waktu yang lalu cara ini telah berhasil mengubah kotoran sapi menjadi bahan bahar untuk mesin bensin dan diesel.

Untuk mensukseskan program ini, Bambang juga dibantu oleh Ikatan Alumni (IKA) ITS dalam pengadaan alat. "Tidak semua alat bisa dibeli oleh ITS. Syukurnya, alumni juga mau ikut membantu," tutup Bambang. (ram/esy)