ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
10 Maret 2012, 09:03

Hakim: Indonesia Butuh Astronom

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bertempat di Teater B, puluhan mahasiswa terlihat menghadiri kultam tersebut. Tak hanya mahasiswa Fisika, terlihat beberapa mahasiswa lain turut serta. Selain itu, tampak pula Prof Dr Darminto MSc beserta beberapa dosen Fisika lainnya. Pengangkatan astronomi dalam kultam kali bukannnya tanpa alasan. Ada rencana untuk menjadikan keilmuan tersebut sebagai salah satu sub bidang di laboratorium Fisika.

Tidak seperti kultam umumnya, acara kali ini dibuka dengan pemaparan mengenai teleskop oleh Stefanus Kristanto, mahasiswa ITS yang pernah mengikuti Olimpiade Astronomi Internasional. Pada kesempatan ini, ia banyak memaparkan pengalamannya ketika mengikuti kompetisi astronomi. Tak ketinggalan, berbagai gambar luar angkasa juga ia perlihatkan.

Remote telescope menjadi topik utama yang diulas. Hakim menjelaskan bahwa teleskop remote adalah perpaduan utilisasi real-time camera, video stream dan remote access. ”Komponen pentingnya meliputi teleskop, perangkat koneksi internet, video kamera serta video server,” terang lulusan University of Tokyo itu.

Aplikasi remote telescope ini memang berbasis internet. Oleh karena itu, dibutuhkan pula software sebagai komponen utama. Hakim menerangkan bahwa jenis perangkat lunak yang telah digunakan adalah Telescope Tracer 2000.

Intinya, kombinasi perangkat hardware dan software ini memungkinkan pengoperasian teleskop dari jarak jauh. Sehingga, pengamatan simultan maupun koordinatif pada dua tempat pada permukaan bumi menjadi hal yang tidak mustahil dilakukan.

Dosen Program Studi Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan bahwa penerapan remote teleskop ini akan memberikan banyak manfaat. Bagi dunia pendidikan, akan meningkatkan antusiasme siswa dalam mempelajari astronomi. ”Bagi peneliti remote teleskop akan memberikan sumbangan besar dalam penemuan berbagai benda langit yang terus bertambah setiap waktunya,” tutur alumnus University of Tokyo ini.

Indonesia Butuh Astronom
Sementara itu, dalam paparannya, dosen Program Studi Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menyebutkan bahwa saat ini Indonesia sangat kekurangan akan para astronom. Pasalnya, saat ini jumlah astronom di Indonesia hanya mencapai 30 orang. ”Bahkan, 40 persen diantaranya sudah berusia lanjut,” terangnya.

Hanya sedikit pelajar maupun mahasiswa yang benar-benar tertarik untuk mendalami hal ini, sekalipun mahasiswa astronomi sendiri. Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) misalnya, tidak memiliki anggota dari mahasiswa astronomi.

Ia mengakui bahwa ketidaktertarikan dalam bidang ini memang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah karena objek astronomi yang tidak dapat dirasakan dalam bentuk fisik yang pasti, melainkan dalam bentuk cahaya. Tentunya, hal ini lebih kompleks daripada sebagian besar keilmuan fisika lainnya.(ran/lis)

Berita Terkait