Dijelaskan Drs Kresnayana Yahya MSc, salah satu pembicara workshop tersebut, pembentukan pola pikir kreatif dan inovatif harus dilakukan sedini mungkin. Bahkan sejak SD, SMP dan SMA pola pikir technopreneurship pun sudah harus ditanamkan. Baginya, memiliki jiwa technopreneur itu pondasi penting untuk mengubah orientasi mahasiswa.
Saat ini manajemen SD, SMP dan SMA di Indonesia terkait hal tersebut masih sangat kurang. Bila menilik program perusahaan lokal Indonesia, maka akan ditemui banyak keterlambatan. Hal tersebut dikarenakan kurang baiknya dalam pengelolaan. Contohnya saja, pelayanan kantor pos Indonesia yang sudah kalah bersaing dengan jasa pengiriman barang yang dikelola orang asing.
”Pemahaman tentang jiwa technopreneur ini bukan hanya harus dimiliki oleh orang-orang yang akan mendirikan usaha. Para karyawan pun membutuhkan jiwa technopreneur,” papar Kresnayana. Dengan mempunyai jiwa technopreneur, karyawan akan tahu apa saja yang harus dilakukan demi kemajuan perusahaannya.
Tak hanya itu, dosen Jurusan Statistika ini juga menyebutkan, banyak pula perusahaan-perusahan Indonesia yang punya perencanaan bagus, namun tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang dapat merealisasikan hal tersebut. Hal tersebut tentunya membuat miris terhadap kualiltas sumber daya manusia yang makin berkurang.
Kurangnya kualitas inilah yang mengharuskan dosen-dosen pengajar juga mengajak serta mahasiswa agar mempunyai jiwa technopreneurship. Salah satunya yakni lewat pembelajaran mata kuliah technopreneurship.
Menurutnya, sebaiknya dosen di ITS bisa mengajar mahasiswa dengan membangun knowledge. Bukan hanya mentransfer ilmu yang ada kepada mahasiswa. ”Kita sebagai dosen juga harus mempraktekkan segala sesuatu yang telah diajarkan kepada mahasiswa,” imbuhnya.
Untuk menanamkan technopreneurship, sangat diperlukan motivasi dari dosen untuk mahasiswanya. Skill, knowledge dan desire harus menjadi perilaku yang diwujudkan. ”Yang ditakutkan dari mahasiswa saat ini yaitu orang-orang muda dengan pemikiran tua,” kata Kresnayana lagi.
Mahasiswa yang diperlukan adalah sosok yang inovatif, kreatif dan technopreneurship. Sehingga pada sesi kedua, Ir Daniel M Rosyid PhD MRINA menjelaskan cara-cara yang bisa ditempuh agar sosok mahasiswa inovatif bisa terwujud.
Nuryati, salah satu peserta workshop ini menuturkan ketertarikannya untuk berwirausaha. ”Awalnya, saya tertarik dengan judul workshop-nya,” ujar mahasiswi Jurusan Biologi tersebut. Ia adalah salah satu contoh yang menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa ITS yang telah berjiwa entrepreneur dengan basis teknologi. (sha/esy)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung