Dalam kesempatan yang membahagiakan tersebut, Suwadi hadir ditemani istri dan keempat putranya. Mengenakan jas hitam, dosen Teknik Elektro ini tampak siap mempresentasikan disertasinya. Judulnya, Sistem Komunikasi Nirkabel Broadband Gelombang Milimeter yang Tahan Terhadap Hujan Tropis.
Selama 20 menit, dosen kelahiran Gresik ini sukses meyakinkan tim penguji. Dalam paparannya, Suwadi menjelaskan bahwa disertasi ini berawal dari fakta bahwa hujan mempengaruhi jaringan nirkabel. Hal ini mengakibatkan kualitas layanan yang diterima oleh pengguna layanan nirkabel berkurang.
Suwadi menjelaskan bahwa disertasi yang diangkat merupakan pengembangan dari tesisnya sendiri. Bedanya, tesisnya membahas variasi hujan dari dimensi waktu. Sementara pada disertasinya Suwandi menambahkan variasi dimensi ruang.
Lebih lanjut, alumni Teknik Elektro ITS ini mengusulkan dua strategi dalam pencapaian layanan (link avaibility dan efisiensi) spektrum yang merata pada setiap daerah. Sistem seluler ini memiliki frekuensi 30 GHz dengan sel berbentuk bujur sangkar. Variabel ini menghasilkan kualitas layanan yang cukup merata. "Kalau frekuensi berubah, misalnya menjadi 20 GHz, kualitas tetap sama tetapi area cakupan lebih luas,” terangnya.
Luaran dari disertasi ini berupa rekomendasi terhadap dua strategi. Yaitu teknik transmisi adaptif dan aplikasi regenerative relay. Meskipun memiliki kapasitas yang sama, tetapi transmisi adaptif dinilai lebih baik. Salah satu alasannya adalah pancaran sinyal yang diterima oleh pengguna lebih kuat.
Dalam disertasinya, Suwani menjadikan kawasan Surabaya sebagai objek penelitiannya. Sebenarnya, secara wilayah, kota Bogor yang terkenal dengan curah hujan yang tinggi lebih representatif. Tetapi Suwandi memiliki alasan tersendiri. ”Masalahnya, alat yang saya buat ada di Surabaya,” terangnya.
Siap Melanjutkan Penelitian
Bagi Suwadi, pemilihan ide bahan disertasi nirkabel dengan gelombang milimeter bukan tanpa alasan. Meskipun bentuk nirkabel lain seperti Long Term Evolution (LTE) telah banyak dikembangkan di dunia internasional, tetapi gelombang milimeter masih mempunyai kelebihan. Menurutnya, LTE dan semacamnya tidak cocok digunakan di Indonesia.
Ia bercerita bahwa produk nirkabel tersebut telah dirancang untuk wilayah non-tropis. Padahal, Indonesia termasuk wilayah tropis. Pemaksaan penggunaan dapat menyebabkan penurunan kualitas layanan.
Di akhir acara, dosen pembimbing Prof Ir Gamantyo Hendrantoro M Eng PhD melemparkan sebuah tantangan bagi Suwadi. Di hadapan sekitar lima puluh undangan, Suwadi ditanya langsung mengenai kesediaannya untuk melanjutkan penelitian tersebut. Dengan tegas, Suwadi pun menyatakan bersedia.(ran/lis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung