Dengan gaya presentasi interaktif, Ir Tutuq Dhanardono MT memaparkan implementasi penerapan LBE di hadapan sejumlah guru SMA yang hadir. Melalui video ia menampilkan metode pengajaran di salah satu Universitas di USA yang telah menggunakan LBE.
Dari video tersebut terlihat bahwa dari segi materi, pembelajaran di USA tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. ”Kita sebenarnya menggunakan literatur dari sumber buku yang sama, hanya saja mereka lebih sering menggunakan praktikum dalam proses belajar mengajar,” ungkap Tutuq.
Pernyataan Tutuq tersebut mendapat tanggapan dari peserta seminar. Beberapa peserta justru mengeluhkan kurangnya alokasi waktu mengajar di SMA untuk aktifitas labolatorium. Menanggapi pertanyaan tersebut, Tutuq membenarkan bahwa memang selama ini salah satu kendala LBE ada pada kurangnya alokasi waktu untuk kegiatan labolatorium.
”Tidak hanya di SMA, waktu untuk kegiatan labolatorium di bangku kuliah juga terbatas, yang terpenting adalah pembagian waktu antara pembelajaran teori dan labolatorium,” ungkap Tutuq. Namun demikian, menurut Tutuq keterbatasan waktu bukan menjadi persoalan untuk menerapkan LBE dalam kurikulum pembelajaran. Aktifitas labolatorium justru lebih efisien dibandingkan hanya memberi asupan teori pada siswa.
Seiring dengan penerapan LBE untuk pembelajaran di SMA, konsep E-Learning dapat pula digunakan untuk menunjang asupan materi pada siswa. Pada sesi ini giliran Suyanto ST MT memaparkan penggunaan E-Learning untuk pengajar.
Suyanto mengungkapkan, E-Learning memiliki banyak keuntungan apabila dapat diterapkan dalam pengajaran. Selama ini, E-learning banyak digunakan dosen untuk memberikan materi kepada mahasiswa sebagai acuan belajar sebelum kuliah. ”E-Learning ini juga bisa diimplementasikan di SMA sebagai pembelajaran berbasis digital,” kata Koordinator Bidang Pendidikan dan Pelatihan P3AI ITS.
Selain itu, E-Learning boleh dikatakan dinamis, dapat digunakan oleh siapa saja, serta mempermudah proses pembelajaran. Meski begtiu, E-Learning tidak dirancang untuk menggantikan aktifitas belajar konvensional. Guru dan siswa tetap harus bertatap muka. ”Proses belajar yang melibatkan kognitif, afektif, dan psikomotor tetap harus digunakan,” ujar Suyanto.
Hendra Cordova ST MT, selaku pengkonsep acara mengungkapkan, seminar ini bertujuan untuk memaparkan metode pengajaran dan pembelajaran yang efektif bagi siswa SMA. ”Beberapa SMA telah menggunakan konsep LBE dan E-Learning, tapi ada juga yang belum,” ungkap Hendro. Oleh karena itu, Hendro berharap setelah seminar ini guru-guru yang terlibat dalam seminar hari ini dapat menerapkannya dalam proses pengajaran di kelas. (anl/fz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung