Prof Dr Ir Gamantyo Hendrantoro MEng PhD yang menjadi promotor dalam sidang tersebut ternyata adalah kawan se-angkatan dengan Suwadi. Sementara co-promotor Dr Ir Wirawan DEA juga memiliki hubungan erat sebagai teman satu tempat kos semasa kuliah dahulu.
Meski begitu, Gamantyo menegaskan tidak ada perlakuan khusus terhadap Suwadi. Semua proses hingga mendapatkan gelar doktor dilalui dengan mekanisme yang sama layaknya mahasiswa jenjang S3 lain. "Tidak ada nepotisme,” paparnya.
Keunikan selanjutnya dapat ditilik dari segi penelitian yang dihasilkan Suwadi. Disertasi ini telah ia libatkan dalam lima seminar internasional. Dalam dua kali kesempatan tersebut, makalah ini mendapat predikat best paper. Di dalam negeri, karyanya juga turut diakui. Ia mempublikasikannya dalam dua jurnal nasional terakreditasi dan empat seminar nasional.
Tak hanya itu, Suwadi juga berhasil mendapatkan dua paten. Yang pertama adalah untuk metode transmisi adaptif sistem komunikasi yang ia tawarkan. Sementara paten kedua diperolehnya untuk segmentasi daerah cakupan.
Keunikan ketiga terdapat pada tempat pelaksanaan sidang. Suwadi menjadi orang kedua yang menggelar promosi sidang doktornya di Gedung Laboratorium Teknik Elektro ITS. Sebenarnya, hal ini sejalan dengan program ITS.
Prof Dr Ir Mochamad Ashari M Eng selaku Sekretaris Senat yang turut hadir dalam acara tersebut pun menuturkan bahwa di masa mendatang sidang doktor direncanakan untuk dilaksanakan di masing-masing jurusan. "Sekarang masih dalam proses transisi,” terang dosen Teknik Elektro ITS ini.
Menurutnya, suasana kekeluargaan jauh lebih terasa apabila dilaksanakan di setiap jurusan. Gedung Pasca Sarjana dinilai terlalu luas. Jumlah penonton yang tidak sebanding dengan luas ruangan seringkali membuat promovendor gugup.
Yang paling berkesan, adalah untuk kali pertama dalam sejarah sidang doktor, penonton dapat bertanya pada promovendor. Hal ini juga merupakan tantangan lain yang diberikan oleh Gamantyo terhadap Suwadi. Bahkan, budaya seperti ini akan terus dikembangkan.
Adanya kesempatan ini membuat penonton yang hadir tampak antusias. Penonton diberi waktu untuk bertanya selama jeda waktu menunggu keputusan para penguji, pengamat dan penyanggah. Jenis pertanyaannya bervariasi, mulai dari hal materi penelitian hingga urusan personal seperti kesan yang diperoleh selama sidang.
Ternyata, tantangan tersebut tidak membuat Suwadi gentar. Bapak empat anak ini malah menuturkan bahwa ia jauh lebih rileks ketika berhadapan dengan penonton dibanding dengan pengamat. Meski begitu, ia juga sempat bingung dengan perlakuan tak biasa itu. Namun, tantangan itu mendapat hasil yang sepadan. Predikat lulus dengan pujian pun ia dapatkan.(ran/lis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung