Kali ini ITS menggandeng tiga pembicara hebat yang telah malang-melintang dalam dunia wirausaha. Mereka adalah Drs Kresnayana Msi, Anang Supardi, dan Sahmullah Rivqi. Ketiganya memang telah memiliki banyak pengalaman berbisnis mulai dari nol.
Sebagai pembicara pertama, Pria yang kerap disapa Kresna ini mengawali pemaparannya dengan melontarkan pertanyaan singkat. ”Setelah masuk ITS, ingin jadi apa?” tanya Kresna yang sontak membuat seluruh peserta berisik. Sebab, setiap tahunnya, terdapat sekitar sebelas persen engineer dan hanya lima persen yang bekerja dibidangnya.
Lalu kemana lulusan enam persen lainnya? Dengan tegas, dosen jurusan Statistika ini menyebutkan ijazah memang tidak akan melegatimasi sarjana bisa bekerja dimana saja. Oleh karena itu, ITS harus punya lulusan pendorong bisnis, bukan sekedar sarjana. ”Bisnis akan membantu perekonomian Indonesia,” jelasnya.
Dikatakan salah satu dosen pemerhati Perpustakaan ini, ITS bisa membantu Indonesia menghadapi tantangan perubahan lewat technopreneurship. ”Ekonomi ini harus dirusak secara kreatif agar ekonomi tidak berhenti,” tuturnya.
Ia pun menambahkan, memberi added value pada suatu benda bisa menjadi langkah baik memulai bisnis. Misalnya saja, gandum. Salah satu makanan pokok ini memang hany terlihat sepele ketika berwujud seperti biasanya. Namun ketika diolah menjadi roti, hasilnya sungguh luar biasa. ”Cukup tuangkan 20 persen ilmu yang kalian dapat menjadi sebuah bisnis,” ujar pemilik usaha bernama Enciety.
Senada dengan Kresna, Anang pun menuturkan hal serupa. ”Yang dibutuhkan sekarang adalah orang yang mampu berkreativitas,” ujar manager SAM Design tersebut. Sebab, hanya dengan ide-ide gila dan tak biasa, justru mampu menghasilkan sesuatu yang fantastis.
Polemik masyarakat yang lebih memilih naik eskalator dibanding tangga adalah salah satu contoh. ”Harus ada ide yang mengubah kebiasaan itu,” ujarnya. Hal itulah yang telah dilakukan di luar negeri, tangga biasa telah diubah menjadi tangga bernuansa piano yang bisa mengeluarkan bunyi pula.
Menurut Anang, untuk menangkap peluang bisnis dan menemukan ide-ide tak biasa, setidaknya seseorang harus punya empat kemampuan. Yakni, kemampuan melakukan observasi, selalu bertanya, eksperimen, dan networking. ”Tanpa networking, ide hanya akan dimiliki sendiri,” tambahnya.
Mulai Bisnis dengan YBC
Setelah diberi motivasi, Sahmullah mengajak peserta kuliah untuk action. ”Tunjukkan kalian punya ide bisnis,” ucap pemilik Azhari School. Sebagai penyelenggara Youth Business Competition (YBC), peserta kuliah diminta menuangkan ide bisnis dalam lembar pendaftaran.
”Saya yakin kalian punya ide-ide usaha di berbagai bidang,” ungkap pemilik Pilar Busuness Acceleration tersebut sembari tersenyum. Sahmullah memang membebaskan ide, namun salah satu syarat mengikuti lomba tersebut adalah peserta memasukkan unsur Joy Tea ke dalam bisnisnya.
Ia pun menyebutkan iming-iming yang bisa didapat mahasiswa bila lolos YBC. Diantaranya, uang cash Rp 15 juta, pendampingan rutin selama delapan minggu, dan berkumpul dalam forum bisnis. ”Kalian bisa menemukan partner bisnis dalam forum bisnis ini,” jelasnya. Ia juga menambahkan, mahasiswa ITS bisa mengirimkan kembali ide bisnisnya sebelum Jumat (25/10). (esy/yud)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung