ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
14 Juni 2011, 16:06

Komunitas Satelit ITS Butuh Integralistik ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ya, komunitas satu ini adalah komunitas yang menaruh konsentrasi penuh pada pengembangan teknologgi satelit. Meski baru berdiri dua bulan yang lalu, akan tetapi aktivitas penelitian dan pengembangan satelit telah mereka lakukan sejak dua tahun silam.

”Berawal dari penggarapan satelit yang dilakukan ITS bersama lima perguruan tinggi di Indonesia sejak dua tahun lalu,” cerita Ketua Komunitas Satelit, Ondi, saat ditemui usai acara Grand Launching Komunitas Satelit ITS Kamis (9/6).

Mahasiswa program sarjana Teknik Elektro lintas jalur ini kemudian menjelaskan, dalam penggarapan satelit tersebt, keenam perguruan tinggi tersebut, yaitu ITS, ITB, UI, UGM, PENS, dan LAPAN diberi tugas berbeda-beda guna menyelesaikan satelit tersebut secara utuh. ”ITS kebagian menggarap stasiun bumi yang saat ini dipegang oleh Teknik Elektro,” katanya.

Sedangkan bagian-bagian lain satelit tersebut, seperti power supply, system communication payload, sistem ADCS (Attitude Determination Control System), dan sitem OBDH (On Board Data Handling), berturut-turut diselesaikan oleh ITB, UI, PENS, dan UGM.

Ground station-nya sudah dirampungkan, baik yang permanen maupun portable,” ungkap Ondi. Tapi jangan dibayangkan satelit yang dikerjakan ini berukuran besar. Berdasarkan jenisnya, satelit yang diberi nama IINUSAT I (Indonesia Inter University Satelit) ini termsuk jenis nano yang ukuran beratnya tak lebih dari 50 kilogram.

Stasiun bumi yang diagram Teknik Elektro pun hanya berdimensi 30x20x10 centimeter saja. Antenanya memiliki panjang dan lebar 50×25 centimeter. ”Sangat mudah dibawa,”  cetus mahasiswa asal Medan ini.

Namun ternyata, dalam pembuatan satelit tersebut, Ondi memiliki kendala yang lumayan menyulitkan. Yaitu, satelit harus mencakup dan menjawab kebutuhan di banyak sektor. Misalnya saja, satelit nantinya tak hanya digunakan sebagai alat komunikasi, tapi juga sebagi pencitraan jauh ke dalam permukaan bumi. Sehingga diperlukan kamera yang beresolusi sangat tinggi agar bisa sampai melihat kandungan mineral suatu daerah.

Begitu juga misalnya dalam bidang kelautan yang membutuhkan sistem navigasi yang tentunya bisa memanfaatkan teknologi satelit. ”Oleh karena itu, pembuatan satelit tidak bisa hanya dibuat oleh satu bidang ilmu saja. Melainkan penyatuan dari semua bidang,” terang Ondi.

Oleh sebab itu, setelah Komunitas Satelit ini terbentuk, Ondi dan tiga puluh mahasiswa lain yang sekarang sudah tergabung dalam Komunitas Satelit first generation berharap semua bidang keilmuan di ITS khususnya bisa ikut berkontribusi mengembangkan teknologi satelit ini.

”Mengingat Komunitas Satelit ITS baru memiliki lima divisi. Yaitu dari Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Geomatika, Teknik Fisika, dan Fisika,” sebut Ondi.

Beruntung, komunitas ini didukung oleh banyak dosen dan peneliti. Tak kurang empat belas dosen menjadi pembimbing dalam komunitas ini. Pendanaan penelitian pun tidak perlu dipikirkan lagi, karena ITS akan langsung menyisihkan dana penelitiannya khusus untuk pengembangan penelitian satelit komunitas ini. ”Kalau kesempatan sudah ada, kenapa tidak dimanfaatkan,” kata Ondi.

Oleh karena itu Ondi berharap nantinya jurusan-jurusan lain di ITS bisa ikut bergabung besama Komunitas Satelit ITS ini sesuai dengan bidang yang dibawa. Sehingga nantinya bisa saling berbagi dan menjadikan ITS yang terdepan dalm pengembangan teknologi satelit di Indonesia.

”Membuat satelit, gampang-gampang susah. Modalnya satu, mau bekerja keras,” pesan Ondi pada seluruh mahasiswa ITS. Tak lupa ia juga mengundang untuk bergabung dalam komunitas ini lewat akun facebook Komunitas Satelit ITS. ”Pasti di-approve,” pungkasnya ringan. (fz/bah)

Berita Terkait