Selama kurang lebih tiga jam, sejak pukul 09.00 pagi, Prof Dr Ir Josef Prijotomo MArch IAI, atau yang biasa dipanggil Jospri atau Josef, mengajak peserta menggali pengetahuan kebaharian bumi pertiwi ini. Keduapuluh peserta terdiri dari mahasiswa dan kalangan umum.
Tema yang diusung pada pertemuan keempat Sabtu (14/5) ini adalah Nyai Roro Kidul dan Ibu Pertiwi, Nusantara: Nusa di antara samudra, dasar ke-bhineka-an.
Dibumbui cerita sejarah penyebaran agama Islam, Hindu, dan Budha beratus-ratus tahun yang lalu, Jospri mampu membuka mata dan pikiran peserta akan hubungan arsitektur dengan kebaharian Nusantara.
Membuka lembaran sejarah lama, harus diakui bahwa kebaharian kawasan Nusantara ini hanya muncul sebagai titik-titik kecil sejarah semata. Pelayaran yang berlangsung di Nusantara ini justru ditandai oleh nama-nama asing, seperti Ibn Battuta, I Ching, Ma Huan, dan Cheng Ho.
Sama sekali tidak disertakan dalam berita mengenai kunjungan orang-orang asing itu bahwa bangsa mereka bukan bangsa bahari. "Ya, India, Arab, dan Cina bukanlah bangsa bahari. Cina menjadi negeri dengan armada pelayaran yang hebat setelah abad 13," tutur Jospri.
"Keterasingan kita dengan kebaharian harus diduga kuat adalah hasil rekayasa sejarah Nusantara yang dibuat oleh Belanda," ujar Jospri. Ia melanjutkan bahwa sejarah Nusantara tidak menyertakan kehebatan kebaharian agar bangsa Nusantara tidak menjadi pelayar tangguh. Bila menjadi pelayar tangguh, tak urung armada dagang Eropa akan mengalami gangguan dan hambatan. Sedemikian cermat rekayasa sejarah ini hingga penghinduan, pembudhaan, dan pengislaman diberikan pada bangsa-bangsa India, Arab, dan Cina.
Dengan menyakini kebaharian Nusantara, penghinduan, pembudhaan, dan pengislaman Nusantara dapat dilakukan oleh bangsa dan anakbangsa Nusantara itu sendiri. "Jangan dikira zaman dulu kita tidak mengenal istilah dan praktek tugas belajar para ahli Nusantara. Mereka ditugas-belajarkan ke India dan Arab," ujar Jospri mantap.
Seringkali Jospri menguak sisi-sisi lain arsitektur nusantara, arsitektur, semisal, candi di Nusantara adalah transformasi candi-candi India, bukan kreasi sebagai pengaruh dari India. Tradisi wujud masjid yang tak berkubah meneladani tradisi yang sama di Arab dan Cina. Kemudian juga, Nusantara bukan sebatas Indonesia. Namun, Taiwan, Pasifik, Asia Tenggara, serta Malagasi, termasuk di dalamnya.
Wujud dan rupa Arsitektur Jawa bahkan dapat dirunut ke belakang secara morfologik hingga merujuk pada arsitektur Timor Leste dan Sumba. Atau arsitektur di Sambori, Maria dan Sape di Bima, sangat mirip dengan Tambi di Sulawesi Tengah, dengan yang di Filipina, Taiwan dan bahkan dengan yang di dekat Okinawa, Jepang.
Gaya bicara Jospri yang khas, layaknya seorang dalang, lantang dan sesekali tercipta jokes, membuat para peserta antusias mengikuti kuliah tersebut. Terbukti, di akhir acara saat dibuka sesi pertanyaan, banyak peserta yang menanggapi penjelasan Jospri tadi.
Sebelumnya, dalam rangkaian Serambi Nusantara, telah didahului tiga pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung pada Sabtu (9/4) silam yang bertajuk Kemelut (pengetahuan) Arsitektur, Tradisional? Indigenous? Vernakular? Nusantara? Sama atau Beda?.
Kuliah akhir pekan tersebut terjadwal secara rutin. Duabelas pertemuan terhitung hingga akhir Juli mendatang telah dirancang sedemikian rupa temanya. Puncaknya, pada pertemuan pamungkas nanti akan dibahas Nusantara Mengkini (2), Arsitektur Nusantara yang Meng-esok, Adakah Harapan?
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung