ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
02 April 2011, 21:04

LDJ Perlu Terapkan Strategi Bisnis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sekolah LDJ merupakan salah satu dari rangkaian acara road to Muktamar Dakwah Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (MDK ITS). Dalam penyampaianya, Redza mengungkapkan, jika aktivis LDJ ingin LDJnya  berkembang dan bertahan, maka mereka harus mempunyai otak dan jiwa seorang pebisnis yaitu berani ambil resiko dan tidak kebanyakan berfikir.

Redza mencontohkan, seorang pebisnis akan sigap mengambil peluang jika peluang itu datang, karena mereka berpikir kesempatan tersebut tidak datang dua kali. Ia juga tidak takut mengambil resiko dan cenderung menggunakan otak kanan dalam mengambil keputusannya. “Inilah yang harus ditiru aktivis LDJ dari seorang pebisnis, kalau banyak berfikir, gak jalan-jalan nanti” jelas mantan ketua Unit Kegiatan Kerohanian Islam Universitas Surabaya (UKKI Ubaya) ini.

Selain itu, ada dua kunci yang harus dimiliki pengurus lembaga dakwah jika ingin organisasinya tetap bertahan, yaitu memahami esensi dakwah dan adanya kesadaran berkorban. Menurut Redza, esensi dakwah adalah semua tindakan yang dilakukan hanya untuk mencari Ridho Allah SWT. “Jika kita benar-benar paham mengenai ini, kita akan bertahan dalam kondisi apapun, insya Allah,” terangnya.

Ia melanjutkan, saat ini banyak aktivis dakwah yang tidak tahan berada di lembaga dakwah karena kurangnya kader. “Sebenarnya jika ia paham, maka ia akan terus berjalan dengan berapa pun jumlah kader,” tegasnya. Namun, hal itu bukan berarti menjadikan ia berpangku tangan, ia harus tetap berusaha untuk mengajak orang lain ikut serta dengannya.

Sedangkan kesadaran berkorban akan timbul jika kepahaman sudah ada. Jika seseorang paham dengan apa yang dilakukan, maka ia akan melakukan hal tersebut dengan maksimal. “Namun, hal ini butuh penjagaan dan saling mengingatkan diantara kita sesama aktivis,” imbuh pria murah senyum ini.

Di akhir wawancara, Redza berpesan supaya aktivis dakwah bergaul  dengan mahasiswa lainnya tanpa pilih-pilih. “Kita harus bercampur dengan mahasiswa lainnya, namun kita tidak larut,” tutup pria yang biasanya dipanggil ustadz ini dengan semangat. (rik/yud)

Berita Terkait