Bertempat di gedung Pascasarjana lantai 3, seminar tersebut mengundang mahasiswa dari berbagai jurusan. Namun konsentrasi utamanya tetap di bidang kelautan. Pihak ITS diwakili oleh guru besar Fakultas Teknologi Kelautan (FTK), Prof Daniel M Rosyid.
Pria berambut putih ini tak tanggung-tanggung menyatakan pendapatnya mengenai proyek tersebut. â€Jembatan Selat Sunda bukan merupakan solusi yang tepat,†ujarnya.
Jembatan tersebut tak akan mengatasi kemacetan di jalan. Menurutnya, dengan transportasi mobil, hal itu akan terus terjadi. Semakin banyak dibangun jalan, maka semakin banyak orang yang membeli mobil untuk menggunakan jalan itu.
Daniel mengingatkan bahwa transportasi jenis lain tak kalah pentingnya. Kereta, pesawat terbang dan tentu saja kapal. Sistem transportasi yang berkonsentrasi pada jalur darat, terutama mobil, adalah identik dengan negara kepulauan besar. Seperti Belanda, penjajah paling lama di Indonesia.
Jembatan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi ketidakrataan kontur permukaan tanah di antara dua bidang daratan. Namun, tidak untuk lautan. Menurut Daniel, jembatan di lautan malah membuat sebuah kepulauan lebih tidak terhubung antar sesamanya.
Ditinjau dari sisi ekonomi pun, pembangunan jembatan cukup merugikan. Waktu pembangunan diperkirakan akan berlangsung selama sepuluh tahun dan memakan biaya sebesar Rp 180 triliun. Sementara biaya perbaikan transportasi kapal negara, termasuk berganti dengan teknologi yang lebih moderen memakan Rp 20 triliun. Ini dapat dicapai dalam jangka waktu sekitar 3 tahun.
Biaya maintenance jembatan berpotensi lebih mahal. “Coba lihat jembatan Suramadu, kalau lampu jembatan mati, siapa yang berani menyebrang?†kata Daniel. Belum lagi dampak lingkungan yang pasti akan ditimbulkan dari pembangunan.
Mendengar paparan Daniel, Ir Bambang Tri Hartono MSCE dari Badan Perancanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) sedikit menyanggah. â€Pak Daniel lebih membahas masalah ini dari sisi teori,†ujarnya. Bagi Bambang, jembatan Selat Sunda merupakan solusi yang paling tepat. Jembatan tersebut masih berpotensi mengurangi kemacetan di daerah Jakarta dan Jawa Barat.
Proyek jembatan tersebut memang masih dalam pengkajian. Berbagai pertimbangan masih dilakukan demi terwujudnya rencana tersebut. â€Kami mengajak mahasiswa untuk terus memberikan masukan langsung terhadap pemerintah,†imbau Bambang. (lis/yud)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung