ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
27 Maret 2011, 13:03

Larva Tiyang Alit Gelar Pentas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Suasana tersebut adalah bagian dari Pentas Studi Larva yang dihelat oleh Tiyang Alit. Sesuai namanya, keseluruhan acara baik konsep, persiapan hingga pementasan digawangi oleh para Larva. “Larva adalah anggota teater yang masih muda,” ungkap Renny E W, pimpinan produksi dari pentas ini.

Pentas yang dihelat kurang lebih tiga jam ini dibuka dengan sebuah puisi singkat. Diiringi oleh petikan gitar, puisi yang bertema cinta ini membuat penonton terpukau. Tak heran jika tepukan yang meriah pun diberikan oleh para penonton.

Acara pun terus berlanjut. Kali ini, penonton disuguhi oleh pentas tentang Ayah. Pentas ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang anak yang telah ditinggal mati oleh ibunya. Serta masih harus kehilangan sosok seorang ayah.

Pengambilan tema ini bukanlah tanpa alasan. Meski terlihat biasa, pentas ini dikemas dengan cara berbeda. “Kami tidak hanya ingin menunjukkan perasaan anak, tetapi juga ingin menekankan bagaimana perasaan seorang ayah,” papar Renny. Hasilnya, pentas pertama ini pun sukses menuai pujian dari penonton.

Panitia rupanya memiliki cara jitu untuk mebius penonton. Pasalnya, penonton tidak sekalipun diberi kesempatan untuk menunggu. Sementara panitia mempersiapkan pentas kedua, penonton disuguhi pentas puisi singkat. Yang berbeda puisi ini dibawakan dengan bahasa Jawa halus atau yang akrab disebut Krama Inggil.

Adalah DF Dratidina Santoso pembaca geguritan ini. Menurutnya, geguritan yang bertajuk Wiji Pengarepan ini menceritakan sebuah tangis seorang ibu yang miris melihat budaya yang berkembang di jaman sekarang. Para kaum muda sesuka hari untuk melupakan adat budaya timur yang menjadi ciri khas Indonesia. “Lewat Wiji Pengarepan ini, seorang ibu berharap jika kaum muda kembali mengingat budaya,” papar mahasiswa Statistika ini.

Seusai geguritan yang mendapat apresiasi yang luar biasa, pentas dilanjutkan dengan pentas kedua. Berbeda dengan pentas pertama, pentas kedua ini menampilkan persoalan yang lebih rumit. Mengambil judul Para Perusak, pentas ini menceritakan kehidupan seorang warga negara yang ingin menjual kekayaan Indonesia kepada piak asing. Munculnya karakter seperti orang Jepang, Belanda, Malaysia, Amerika turut memperkuat pesan yang ingin disampaikan. “Lewat pentas kedua ini, kami ingin mengkritisi orang-orang yang demi harta rela menjual kekayaan Indonesia,” jelas Renny.

Mundur Satu Jam
Menggarap sebuah pentas memang bukan hal yang mudah. Inilah yang dirasakan oleh Renny beserta panitia yang lain. “Apalagi kami adalah angkatan muda. Ini adalah pengalaman pertama,” papar mahasiswa Statistika ini.

Pentas ini pun sempat tertunda selama satu jam. Ini adalah akibat dari pemadaman listrik yang sedang dialami oleh ITS. Menanggapi hambatan ini, Renny mengaku sempat kecewa dan binggung. Pasalnya, menurut surat pemberitahuan pemadaman hanya akan berlangsung antara pukul sembilan hingga dua belas siang. Tapi kenyataannya, sampai pukul tujuh malam listrik belum juga hidup.

Meski begitu, panitia sebenarnya telah menyiapkan rencana B. Namun, beruntung sesaat sebelum pentas dimulai listrik telah menyala. “Kami telah meminta maaf kepada penonton, dan untungnya mereka mengerti,” ungkap mahasiswi berkerudung itu. (ran/yud)

Berita Terkait