Tak kurang dari enam stan mewakili tiap negara berjajar sepanjang ruang pertemuan di SCC lantai 3. Keenam stan tersebut adalah International Multicultural Centre (IMC) dari Jepang, National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Neso dari Belanda, Aminev dari Amerika, DAAD dari Jerman, dan Institute De Eurnasia (IDEA) yang mewakili Uni Eropa dan Australia. Tiap stan selalu sesak dibanjiri para mahasiswa yang ingin mendapatkan informasi seputar studi di negar-negar tersebut.
Tak hanya stan, pembicara yang dihadirkan pun mampu menarik perhatian peserta. Mulai dari Prof DR Ketut Buda Artana MSc, Kepala International Office ITS yang memberi tips-tips khusus bagi mahasiswa ITS yang ingin belajar ke luar negeri. Ketut menuturkan, peluang mahasiswa ITS mendapatkan internasional scholarship sebenarnya sangatlah besar.
Prof Dr Djodjok Soepardjo, M Litt dari IMC memberikan pemaparan mengenai beasiswa di Jepang. Sedang Ir Tina Purwono yang merupakan perwakilan dari lima universitas di Belanda menerangkan tentang mekanisme beasiswa di negara tersebut. Menurut Tina, Belanda memberikan beasiswa dua macam yakni beasiswa penuh dan separuh dari pemerintah Belanda. Hal ini tergantung kebijakan tiap universitas. Menurutnya, separuh biaya yang ditanggung mahasiswa dapat dikembalikan lewat bekerja. “Di Belanda dalam satu jam bekerja anda dapat menerima 6 Euro atau setara dengan 72 ribu rupiah,†ungkap Tina yang langsung disambut decak kagum peserta.
Yang tak kalah menarik adalah presentasi dari Ivan Arista, MBA dari NTUST. Ia membeberkan rahasia sukses menembus beasiswa ke Taiwan. Menurutnya, jika ingin lolos dan mendapatkan beasiswa, maka mahasiswa harus memperbaiki kualifikasi. “Kalau IP-nya jelek, maka TOEFL-nya harus bagus,†tutur Ivan. Ia juga menyarankan mahasiswa agar menulis research plan yang berisi rencana yang akan dikerjakan selama menempuh program master di Taiwan. Ivan juga menyebutkan bahwa research plan sebaiknya hanya ditulis satu lembar saja.
Johannes Kembuan yang merupakan founder and chief executive of Institute de Eurnesia juga tak ketinggalan memberi tips. Ia menerangkan jika di Inggris beasiswa akan lebih mudah didapat apabila pelajar yang bersangkutan sudah belajar setahun terlebih dahulu di sana. Menurutnya, asal mahasiswa rajin mencari, kesempatan untuk mendapat beasiswa ke luar negeri terbuka lebar.
Di sisi lain, pengunjung acara yang digagas Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) BEM ITS ini melebihi target yang diharapkan. “Sebenarnya target kami hanya dua ratus, tapi ternyata yang datang sekitar empat ratus,†ungkap Gilang Akbar selaku Dirjen Pelayanan Mahasiswa Kesma BEM ITS. Gilang menyebut acara ini sendiri bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa untuk mendapatkan info beasiswa. Selain itu juga untuk memfasilitasi pihak pemberi beasiswa untuk mengenalkan profilnya. (nrf/tyz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung