Sosialisasi mengenai pendaftaraan online lewat berbagai media tidak cukup untuk mengatasi berbagai kebingungan dari pihak sekolah SMA sederajad untuk pendaftaran SNMPTN jalur undangan. Waktu pendaftaran yang tinggal seminggu ini, membuat beberapa sekolah yang belum mendaftarkan sekolahnya kebakaran jenggot. Saat ini baru 67 ribu yang telah mendaftar dari target 400 ribu.
 
"Adanya kebijakan baru dari mendiknas bahwa 60 % mahasiswa baru diseluruh perguruan tinggi negeri harus lewat jalur nasional," papar Pembantu Rektor (PR) 1, Prof Ir Arif Djunaidy MSc PhD. Jalur penerimaan nasional tersebut meliputi SNMPTN jalur tulis, SNMPTN jalur undangan dan bidik misi.

Arif mengungkapkan SNMPTN merupakan penerimaan mahasiswa seperti halnya jalur PMDK yang pernah dilksanakan ITS. Namun bedanya seleksi ini dilakukan secara nasional. Jalur undangan tersebut terbuka untuk semua program studi sarjana di ITS termasuk jurusan Desain Produk dan Industri yang tahun sebelumnya dilaksanakan secara terpisah mandiri.

Kepala sekolah dari tiap SMA diwajibkan mengisi profil sekolah dan rangking tiap sekolah. "Apabila ada sekolah yang mengisi dengan tidak jujur, maka sekolah tersebut akan di black list dari jalur SNMPTN undangan selama tiga tahun berikutnya," ungkap pembantu rektor di bidang akdemik tersebut memperingatkan.

"Minimal akan terdapat 10% mahasiswa di semua program studi yang berasal dari penerimaan jalur SNMPTN undangan," jelas Arif tentang kuota mahasiswa yang bakal diterima di kampus Perjuangan ini.

Berbagai pertanyaan diajukan di acar tersebut mulai dari sasaran program bidik misi, beda program studi dengan universitas, sampai hal teknis seperti finalisasi untuk pengisian data secara online. "Saya anjurkan memasukkan datanya di malam hari karena siang hari akan sangat padat dan lama," anjurnya.

"Saya memasukkan data SNMPTN selama tiga minggu dan baru selasai kemarin,"  ungkap guru dari SMA Negeri 21 Surabaya, Sri Mulyani. Menurutnya, sosialisasi semacam ini akan lebih memperjelas mengenai penerimaan model baru tersebut. Apalagi terdapat beberapa perguruan tinggi yang memiliki kebijakan berbeda terkait penerimaan mahasiswa bidik misi. (el/hoe)