ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
25 Februari 2011, 06:02

Haryadi: Pacaran Bukan Solusi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

“Zaman sekarang, remaja banyak mengikrarkan komitmen yang tidak ada pertanggung jawabannya,” ucap Ustadz Jon Hariadi, pembicara pada bedah buku kali ini. Selanjutnya, penulis buku Kutunggu Kamu di Pelaminan tersebut menerangkan bahwa pacaran sebenarnya bukan solusi yang mampu menjamin kebahagiaan kehidupan setelah menikah nanti. Dia mengkhawatirkan bisa jadi yang ada justru kepalsuan dalam bersikap, yakni sikap yang baik-baik ditunjukkan semasa pacaran saja.

Menurutnya, fenomena tersebut yang sering terjadi saat ini. Namun demikian, pria berkopiah ini juga memaklumi bahwa mahasiswa juga manusia. Tentunya tidak kebal terhadap virus jatuh cinta. Hariadi juga mengatakan bahwa manusia tidak bisa membohongi perasaannya. “Misalnya suka dengan lawan jenis. Tapi kita bilang, ah, saya nggak suka sama dia,” ungkapnya.

Walau begitu, Haryadi mengatakan tidak perlu sampai menembak si lawan jenis. Sikap yang harusnya dilakukan adalah ta’aruf (perkenalan, red) dan langsung meminangnya kalau sudah siap. “Jika belum siap, berarti harus mempersiapkan diri terlebih dahulu. Jangan asal meminang saja,” paparnya.

Mendengarkan penjelasan Haryadi, terdapat beberapa peserta yang mengkhawatirkan efektifitas cara yang disampaikan sang pembicara untuk kondisi saat ini. Mereka khawatir akan salah memilih jika menentukan pasangan hidup jika tanpa pendalaman lebih jauh. “Karena belum tahu sifat-sifatnya, keluarganya, dan perilakunya,” ungkap seorang peserta di akhir pertanyaannya.

Menanggapi komentar tersebut, Haryadi menjelaskan yang perlu dilakukan adalah menggali informasi dari orang-orang terdekat si calon. "Agar tidak seperti membeli kucing dalam karung," ungkap Haryadi. Hal ini diperlukan agar mendapat informasi yang terpercaya. ”Sebenarnya teknisnya ada bermacam-macam,” lanjut Haryadi.

Dalam acara tersebut, Haryadi juga bercerita bahwa buku yang ditulisnya tersebut sebenarnya kurang pantas disebut sebuah novel. Karena pada awalnya ia ingin menulis fiqh nikah dengan bentuk yang ringan dan tidak formal. "Sehingga perlu memasukkannya dalam bentuk cerita," pungkas Haryadi.(nir/az)

Berita Terkait