“Selama ini kekayaan seni dan budaya Indonesia tidak berorientasi profit, melainkan lebih kepada hal-hal berbau sosial,†ujar Wayan. Padahal menurutnya, saat ini ketertarikan pasar seni dunia justru sangat berpotensi bagi seni dan budaya negeri ini. Wayan mencontohkan alat musik tradisional gamelan.
“Hampir seluruh universitas besar di California memiliki gamelan, dan kurang lebih terdapat total 250 set gamelan Jawa maupun Bali di Amerika,†ujar Wayan. Hal itu membuktikan bahwa kebudayaan Indonesia sudah menjadi bagian dari kebudayaan dunia.
Tak berhenti di situ, Wayan yang sukses menggarap Body Cak selama dua bulan lawatannya di Amerika itu juga menyebutkan bahwa melalui kebudayaan, hubungan diplomasi bisa dibina. “Diplomasi budaya juga merupakan strategi yang potensial untuk meningkatkan daya saing Indonesia,†tandasnya.
Hanya saja melihat kondisi berkesenian saat ini, Wayan merasa miris. Hal itu lantaran berbagai program pendidikan seni di sekolah-sekolah hanya berorientasi pada penciptaan produk. “Sementara segi konsep dan nilai-nilai kesenian sendiri justru anak-anak tidak paham,†tuturnya.
Karena itulah menurut Wayan, diperlukan usaha keras untuk mempertahankan kebudayaan ini meski melakukannya tak bisa dianggap mudah. Dalam hematnya, persepsi budaya nasional sebagai budaya pluralistik juga membutuhkan dukungan dari semua elemen bangsa. “Sangat diperlukan apresiasi dan semangat ke-Bhineka Tunggal Ika-an bangsa Indonesia,†pungkasnya.(fi/bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung