Dilihat sepintas, mungkin tak bisa terbayangkan jasa perahu itu kepada tim MC. Badan kapal berbahan kayu jati sepanjang sebelas meter lebih itu dulunya dicat putih, kini telah terkelupas semua.
Sengaja dikelupas oleh para awak MC karena akan dicat ulang kembali. Saat ini, kapal itu sedang dalam proses perbaikan untuk digunakan berlatih kembali Januari nanti. Sebelum dicat, badan kapal itu harus di-dempul terlebih dahulu. Alias ditambal celah-celah goresan dan lubang pada bodinya.
Hari Minggu (19/12), perbaikan tersebut berjalan terus. Kepala divisi Produksi, Perawatan dan Perbaikan (PPP) Maritime Challenge, Ahmad Fathoni, tampak sibuk ditemani lima orang anggota baru UKM tersebut.
Seonggok cat dasar khusus untuk peralatan marine dicampur dengan minyak goreng dan sesendok bubuk kalsium. Anggota-anggota baru tersebut mengaduk campuran berwarna merah-kecoklatan itu dengan penuh semangat. “Terus diaduk, hingga benar-benar liat,†ujar pemuda yang akrab dipanggil Toni itu mengajari.
Campuran tersebut lantas dioleskan pada badan Merdeka. Bagian kapal yang lecet terlebih dahulu ditambal menggunakan sumbu kompor. Proses dempul-mendempul itu tidak semudah yang dibayangkan. Olesan harus rata, sehingga ketika diamplas tidak akan terkelupas.
Menurut Toni, pembangunan kapal membutuhkan semacam sense tersendiri, satu hal yang hanya bisa didapat dari praktek langsung. Ia sendiri tampak begitu lihai mendempul Merdeka. Sepanjang proses perbaikan, lima anak buahnya itu tak pernah lepas dari pengawasannya.
Tak hanya memperbaiki badan kapal, MC juga membuat tiang-tiang layar baru. Dua batang kayu panjang terkapar di sebuah bangku tak jauh dari Merdeka. Keduanya sudah setengah diamplas rapi.
Memang, para anggota UKM Maritime Challenge tidak sekadar menekuni kebahariawan (seamanship). Tetapi mereka memang harus paham benar ilmu perkapalan. Termasuk pembangunan kapal. Di atas itu semua, mereka harus memiliki rasa kerja sama yang erat serta kelihaian manajemen UKM.
Karena itulah, ketua tim Maritime Challenge tahun 2010, Arifin Gustian P, bisa mengatakan bahwa mereka adalah UKM yang cukup kompleks. “Di suatu saat kami harus bekerja seperti tukang, di saat yang lain kami berlatih di lautan, dan pada saat tertentu kita juga harus berpakaian rapi, membawa proposal dan semacamnya,†akunya.
Hari itu ia turut menemani rekan-rekannya, mengenakan kaos merah dan overall khaki bertuliskan ‘ITS Maritime Challenge’. Sembari bekerja, ia mengulas beberapa rencana MC ke depan nantinya.
Mereka akan membangun sebuah kapal baru, pengganti Garuda Nusantara yang digunakan dalam Atlantic Challenge 2010. Kapal itu telah dibeli oleh seorang penggagas Atlantic Challenge, Lance Lee dari Amerika Serikat seharga ASD 35.000.
MC memang masih tetap akan berlatih menggunakan Merdeka. Namun menurut Arifin, kapal tersebut terlalu berat untuk lomba. “Bahkan Garuda Nusantara yang terbuat dari kayu mahoni pun masih terlalu berat,†ujarnya.
Beratnya kapal tersebut menjadi salah satu faktor penghambat mereka dalam Atlantic Challenge tahun ini. Dalam perlombaan di Midland, Kanada bulan Juli lalu mereka gagal meraih juara. Namun Arifin mengakui juga, bahwa keadaan fisik timnya juga turut berpengaruh.
Karena itu, ia juga menyatakan bahwa MC akan meningkatkan kualitas latihan anggotanya. “Terutama untuk rowing (mendayung), kami harus bisa menyamai tenaga peserta dari negara lain,†ungkap lelaki berkacamata ini.
Kerja Keras Terbayar
Ketangguhan tim ini memang tak jarang membuat banyak orang kagum. Meski sering sibuk dan letih, para anggotanya seolah tahu bahwa kerja keras mereka tak akan pernah sia-sia. Dan terkadang dengan cara yang tidak biasa.
Seperti Minggu siang itu. Ketika sedang asyik bekerja, tiba-tiba datang seorang lelaki ke bengkel itu. Ia mengaku sebagai seorang alumni PPNS. Ia tidak pernah termasuk anggota UKM Maritime Challenge, tetapi pernah ikut membantu membangun Merdeka.
Setelah beberapa saat bercakap-cakap dengan para anggota MC, tiba-tiba ia menyodorkan sesuatu pada Toni. “Silahkan, ini buat makan kalian,†ujarnya singkat, lantas beranjak pergi.
Belum sempat berterima kasih, Toni berdiri setengah termangu menatap lembaran uang berwarna merah di tangannya itu. Sementara di sekelilingnya, enam orang rekannya berlonjak gembira. (lis/yud)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung