ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
26 November 2010, 11:11

Aktivis Study Oriented

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Rahman melangkah bangga. Badannya yang tegap, sedang dilingkupi jaket dengan emblem menyilaukan bertulis Himpunan Mahasiswa. Emblem itu kiranya sudah cukup membuat orang-orang sekitar berpikir,”Keren yah,”. Maklum, Rahman punya potongan lumayan flamboyan. Tiap perjalanan, ia menemukan orang yang dikenal. Dengan ramah ia sapa, bukti kalau ia memang cukup sociable.

Sementara itu, Habibi duduk menyepi. Seakan hidup pada dunia yang ia buat, senyumnya mengembang sendiri di depan buku tebal beraksara Inggris. “Aha, akhirnya saya menemukan misteri itu,”. Ia gerakan kacamatanya sekali lagi, memfokuskan sekaligus meyakinkan diri. Kawan di sampingnya bertanya. Dengan sigap, ia jelaskan persoalan rumit itu bak dosen yang baru pulang tugas belajar. Lancar sekali.

Pada sebuah momen, mereka berpapasan. Rahman memandangi Habibi yang sedang asyik dengan soal-soal perkuliahan. ”Ah, dasar…study oriented, apatis-egois!”. Mendengar desisan, mata empat Habibi menengadah, berhadapan langsung dengan emblem itu. Wajahnya yang innocent menatap gaya Rahman berjalan. “Hmmm…bisa apa mereka itu? Demo anarkis? Kuliahnya saja belum tentu beres,”.

Hadirkah mereka di tengah kehidupan mahasiswa? Kesan itu mungkin mulai terkikis. Walaupun indikasi masih fasih berbunyi.

Literatur sejarah membuktikan, aktivis senang berbaris panjang di tanah lapang. Lalu mereka meneriaki bejatnya dunia bersama Plato, Voltaire, Locke, dan segerombolan pasukan Jerman macam Kant Si tukang kritik, Nietzche yang bengal, dan Karl Marx Sang penyihir. Karena memang tuntutan peran, gaya mereka harus agitatif, eksploratif, dan kadang superlatif. Soal rekayasa sosial, mereka jagonya. Bagi sebagian orang, mereka itu angkuh, tapi begitulah adatnya.  

Sementara seorang Study Oriented merubah peta dunia dengan bersenandung di rindangnya pohon, sambil menunggu kapan apel merah jatuh mengenai kepala Newton. Atau memilih berendam pada sebuah ember bersama Archimedes untuk kemudian berteriak girang,”Eureka!”. Dari sebuah kursi malas, tanpa harus terjun langsung, mereka pun yakin bisa merubah dunia. Kegiatan membosankan bagi sebagian orang, tapi itulah surga mereka.(m2)

Berita Terkait