Prestasi humas ITS di bidang nasional memang sudah tersohor di kalangan perguruan tinggi. Betapa tidak, dalam dua tahun berturut, humas ITS mampu menggondol trofi juara umum. Setidaknya, hal itulah yang menjadi salah satu alasan pihak IPB bertolak ke ITS.

“ITS memiliki prestasi dalam public relations. Kami ingin pelajari itu,” ungkap Dr Ir Bony PW Soekarno, sekretaris eksekutif IPB. Menurutnya, ITS memang punya kelebihan mengelola sistem kehumasan dan kesekretariatan. Dua bidang ini terkadang dianggap tak sulit, padahal membutuhkan trik dan tips pula.

Studi banding ini diawali dengan pengenalan struktur humas dan protokol masing-masing universitas. Jika ITS mampu mengkoordinir kesekretariatan dengan satu sekretaris di tiap bidang, IPB justru memiliki lebih banyak pengelola bidang tersebut. Mulai dari sektetariat rektor, guru besar, wali amanah, sampai senat akademik. “Kami ingin tahu kiat-kiat pengelolaannya,” tambah Boni. Hal itu pula yang ingin dipelajari 21 orang peserta studi banding dari IPB lainnya.

Menanggapi keingintahuan IPB, pihak ITS mengulas beberapa sistem pengelolaan humas dan kesekretariatan. “Ada dua model kesekretariatan, manual dan digital,” tutur Agung Pamudjo SSos, kepala sub bagian Tata Usaha merangkap humas protokol. Dengan senyum ia menjelaskan cara penyampaian surat ke ITS maupun jurusan.

Selain itu, nilai plus kinerja pihak ITS yang disoroti IPB adalah mampu mencari celah. Misalnya, website dan merchandise sebagai salah satu citra ITS ke luar kampus. “Jika ada kunjungan, kami memberi merchandise berupa produk mahasiswa,” tutur Agung lagi. Ia pun memperlihatkan karya mahasiswa Teknik Kimia dan prodi Desain Produk.

Melalui studi banding ini, kedua pihak berharap bisa melakukan pembaharuan struktur dan kinerja. “Kita saling belajar apa yang kurang. Semoga apa yang ada bisa lebih baik,” harap Agung yang mendapat anggukan Boni. (esy/az)