ITS News

Jumat, 05 Desember 2025
30 Maret 2025, 20:03

Menemukan Esensi Halalbihalal untuk Mencapai Ketenangan Hati

Oleh : itsgan | | Source : ITS Online
Suasana saling berinteraksi pada momen halalbihalal (Sumber: Shutterstock)

Suasana saling berinteraksi pada momen halalbihalal (Sumber: Shutterstock)

Kampus ITS, Opini – Perayaan Hari Raya Idul Fitri tak pernah luput dari tradisi halalbihalal yang melekat pada budaya masyarakat Indonesia. Halalbihalal bak menjadi bagian tak terpisahkan seusai menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Halalbihalal bukan hanya sekedar ajang formalitas, tetapi juga untuk menuntaskan rindu dan menguraikan problema yang masih kusut.

Kini, banyak yang memandang halalbihalal hanya sebagai tradisi tahunan atau bahkan ajang unjuk status sosial. Makna sejatinya sebagai sarana ketenangan hati justru kerap memudar. Padahal, esensinya jauh lebih dalam, bukan sekadar bertukar senyum dan jabatan tangan, tetapi juga menyelaraskan kembali hati yang pernah berseberangan.

Berdasarkan KBBI, halalbihalal diartikan sebagai hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Bulan suci adalah masa refleksi diri hingga mencapai Idulfitri dengan kedamaian batin. Seharusnya, halalbihalal menjadi wadah untuk saling bertemu, meredakan ketegangan, serta memperkuat ikatan yang sempat renggang.

Memaafkan bukan hanya soal orang lain, tetapi juga tentang melepaskan beban di dalam diri. Lewat maaf-memaafkan, seseorang dapat melepaskan perasaan dan stres yang telah dipendam sepanjang tahun lamanya. Dilansir dari laman American Psychological Association, penelitian telah menunjukkan bahwa memaafkan berhubungan erat dengan berkurangnya kecemasan, depresi, dan tekanan mental. Halalbihalal sejatinya adalah terapi jiwa yang sering kali tak kita sadari manfaatnya.

Lebih dari sekadar tradisi, halalbihalal adalah seni melepas dan merangkul. Halal bihalal bukan hanya sekadar momen untuk saling memaafkan, tetapi juga menjadi kesempatan untuk memohon ampunan dan melepaskan beban rasa bersalah yang berlebihan. Seseorang dapat menciptakan ruang untuk rasa lega dan mengurangi tekanan batin yang dirasa. Halalbihalal memberi kesempatan untuk memulai babak baru, tanpa adanya beban emosional yang mengganggu. 

Kegiatan saling maaf-memaafkan pada momen halalbihalal pada hari Idul Fitri (Sumber: tirto.com)

Kegiatan saling maaf-memaafkan pada momen halalbihalal pada hari Idul Fitri (Sumber: tirto.com)

Selain itu, halalbihalal adalah momen untuk tetap terkoneksi dan terus menjalin hubungan antar sesama yang dibutuhkan manusia sebagai makhluk sosial. Halal bihalal memperkuat ikatan dengan menciptakan ruang untuk berkumpul, berbagi waktu, dan berinteraksi. Seperti yang dikutip dari Harvard Magazine, memiliki hubungan yang baik dengan orang lain berkaitan dengan umur yang lebih panjang serta kesehatan fisik dan mental yang lebih baik.

Halalbihalal juga menjadi pelipur rindu bagi mereka yang lama terpisah. Bertemu kembali dengan keluarga atau sahabat yang jarang bersua menghadirkan kelegaan dan kebahagiaan. Ketika bertemu kembali dengan orang-orang yang disayangi, rasa kelegaan dan kebahagiaan muncul dan dapat memulihkan kondisi mental serta emosional individu.

Sudah sebaiknya halalbihalal kembali pada esensinya sebagai momen penuh makna, bukan hanya ajang rutin yang diadakan tiap tahunnya. Untuk menyambung tali yang putus, mengurai yang kusut, mencairkan yang telah beku, hingga membangun kembali hubungan antar sesama dan memulihkan perasaan dalam diri. Sebab di balik jabat tangan dan kata maaf, ada hati yang kembali dipulihkan. (*)

 

Ditulis oleh:

Nailah Rifdah Zakiyah
Departemen Desain Komunikasi Visual
Angkatan 2024
Reporter ITS Online

Berita Terkait