ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
04 November 2025, 16:11

Dorong Ekonomi Pesisir, ITS Inovasikan Pupuk Limbah Udang

Oleh : naila | | Source : ITS Online

Tim KKN Abmas Departemen Teknik Kelautan ITS melaksanakan sosialisasi pengolahan limbah kulit udang di Sukolilo Baru.

Kampus ITS, ITS News — Sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir Sukolilo Baru, Surabaya, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar kegiatan BioTiram, Sabtu (1/11). Program ini menghadirkan inovasi pengolahan limbah kulit udang menjadi pupuk organik bernilai ekonomi bagi warga pesisir.

Divisi Persyaratan Hak Cipta dan Karya Cipta, Nurul Istiqomah, mengungkapkan bahwa ide program ini berawal dari banyaknya limbah udang di kawasan Sukolilo Baru yang belum dimanfaatkan. Limbah tersebut menyimpan potensi ekonomi yang besar jika diolah dengan tepat. “Hampir setiap gang tercium aroma udang. Dari situ muncul ide untuk mengolah kulit udang menjadi pupuk organik yang bisa digunakan masyarakat,” jelas Nurul.

Kegiatan bertajuk BioTiram Solusi Pengolahan Limbah Kulit Udang Menjadi Pupuk Organik sebagai Peluang Bisnis Jamur Tiram Berkelanjutan di Daerah Pesisir Sukolilo Baru ini dilaksanakan melalui sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan langsung kepada warga. Dalam pelaksanaannya, tim turut bekerja sama dengan beberapa Kelompok Usaha Bersama (KUB). “Kami ingin masyarakat mampu memproduksi pupuk organik secara mandiri,” terang Nurul.

Tim KKN Abmas ITS merebus dan menjemur kulit udang sebelum diolah menjadi pupuk organik di Sukolilo Baru.

Proses pembuatan pupuk dilakukan dengan merebus kulit udang, menjemurnya selama dua hingga tiga hari, lalu menumbuk hingga halus sebelum dicampur dengan media jamur tiram. Metode sederhana ini membuat warga dapat menerapkannya tanpa peralatan khusus. “Banyak warga yang tertarik mengembangkan usaha jamur tiram karena metodenya mudah diterapkan,” urai Nurul.

Dampak ekonomi kegiatan ini mulai terasa. Warga pesisir kini menyadari bahwa limbah yang selama ini dibuang sebenarnya memiliki nilai jual tinggi. Beberapa warga berinisiatif menjual hasil pupuk olahan dalam skala kecil sekaligus menggunakannya untuk mempercepat pertumbuhan jamur tiram. “Warga berterima kasih karena ilmu yang kami bagikan membuka peluang usaha baru bagi mereka,” sambung Nurul.

Selain itu, tim KKN Abmas ITS juga menyiapkan strategi keberlanjutan dengan membantu masyarakat membangun jejaring pemasaran. Rencana kerja sama dengan mitra dan pemasok bahan baku tengah disusun agar siklus produksi dan distribusi pupuk organik dapat terus berjalan. “Kami berencana mencarikan mitra penyalur agar ekonomi warga bisa terus berkembang,” tambah Nurul.

Tampilan rak budidaya jamur tiram warga Sukolilo Baru hasil pendampingan tim KKN Abmas Departemen Teknik Kelautan ITS.

Dengan keterampilan dan pengetahuan baru ini, masyarakat Sukolilo Baru kini memiliki peluang untuk meningkatkan kemandirian ekonomi melalui usaha berbasis sumber daya lokal. Tim BioTiram berharap kegiatan ini dapat diterapkan di wilayah pesisir lainnya agar manfaatnya semakin luas. “Kami ingin inovasi ini menjadi inspirasi bagi masyarakat pesisir lain untuk mengembangkan ekonomi dari potensi yang mereka miliki,” harap Nurul.

Selain memberikan manfaat ekonomi, kegiatan ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Antara lain pada poin ke-5 tentang Kesetaraan Gender, poin ke-11 tentang Kota dan Permukiman Berkelanjutan, serta poin ke-12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. (*)

Reporter: ION17
Redaktur: Indah Tri Sukmawati

Berita Terkait