ITS News

Jumat, 05 Desember 2025
29 September 2025, 08:09

ITS Kaji Tantangan Ekonomi Biru Lewat ISOCEEN 2025

Oleh : itsnor | | Source : ITS Online
Para peserta ISOCEEN dan ICOMMES dalam sesi dokumentasi

Para peserta ISOCEEN dan ICOMMES dalam sesi dokumentasi

Kampus ITS, ITS News — Laut Indonesia menyimpan peluang besar bagi ekonomi biru. Di sisi lain, peluang itu juga diiringi tantangan. Merespons hal tersebut, Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar International Seminar on Ocean and Coastal Engineering, Environmental, and Natural Disaster Management (ISOCEEN) 2025, Jumat (19/9).

Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati ST MScEng PhD mengapresiasi semangat kolaborasi dalam penyelenggaraan ISOCEEN tahun ini. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, gelaran ini diselenggarakan bersamaan dengan International Conference on Medicine, Marine Technology and Social Science (ICOMMES) oleh Universitas Hang Tuah. “Langkah kolaborasi ini penting karena tantangan keberlanjutan ekosistem laut yang tidak bisa dihadapi sendiri,” tegasnya.

Gambar sambutan Ketua Pelaksana ISOCEEN 2025 Prof Suntoyo ST MEng PhD dalam ISOCEEN 2025

Sambutan Ketua Pelaksana ISOCEEN 2025 Prof Suntoyo ST MEng PhD dalam ISOCEEN 2025

Sejalan dengan Bambang, Ketua Pelaksana ISOCEEN 2025 Prof Suntoyo ST MEng PhD dalam sambutannya menjabarkan tentang ekonomi biru yang menjadi tema konferensi tahun ini. Dirinya menuturkan, ekonomi biru bertujuan untuk menyelaraskan kesejahteraan ekonomi dengan pelestarian ekosistem laut. “Konferensi ini mewadahi peneliti untuk menjawab permasalahan keberlanjutan dan ekologi dalam ekonomi biru,” paparnya.

Guna mewujudkan gagasan ekonomi biru tersebut, lanjut Suntoyo, konferensi ini juga mendalami berbagai tantangan teknis di lapangan. Para peneliti nasional dan internasional dihadirkan untuk memaparkan riset mereka mengenai isu-isu dalam pengembangan sektor kelautan yang berkelanjutan. “Sekitar 12 peneliti dari Malaysia turut hadir dalam konferensi ini,” tambah Guru Besar Departemen Teknik Kelautan ITS tersebut.

Guru Besar Departemen Teknik Kelautan ITS Prof Silvianita ST MSc PhD IPU menjelaskan dekomisioning anjungan migas dalam sesi keynote

Gambar Guru Besar Departemen Teknik Kelautan ITS Prof Silvianita ST MSc PhD IPU menjelaskan dekomisioning anjungan migas dalam sesi keynote

Salah satu tantangan yang dibahas secara mendalam adalah kondisi infrastruktur lepas pantai di Indonesia. Guru Besar Departemen Teknik Kelautan ITS Prof Silvianita ST MSc PhD IPU menyoroti fakta bahwa separuh dari total 634 anjungan migas telah nonaktif dan mendesak untuk dilakukan decommissioning. “Namun, alternatif decommissioning tak harus mengangkat baja struktur secara total, bisa juga berupa alih fungsi struktur menjadi instalasi energi terbarukan,” usulnya.

Lebih lanjut, pembahasan dalam seminar ini juga menyentuh aspek mitigasi bencana alam. Peneliti Institute of Water Education Assoc Alvaro Semedo PhD memetakan ancaman badai melalui degree of storminess. Berdasarkan metode tersebut, dirinya menyebutkan jika akan terdapat badai setinggi dua meter di Laut Jawa yang menjadi ancaman signifikan. “Badai ini dapat menyebabkan erosi dan kerusakan ekosistem pesisir,” imbuhnya.

Gambar Peneliti Institute of Water Education Assoc Alvaro Semedo PhD memaparkan metrik objektif degree of storminess dalam sesi keynote

Gambar Peneliti Institute of Water Education Assoc Alvaro Semedo PhD memaparkan metrik objektif degree of storminess dalam sesi keynote

Menutup paparannya, Alvaro menekankan bahwa pemahaman mengenai badai melalui metrik objektif sangatlah krusial. Menurutnya, pemetaan ini memungkinkan klasifikasi ancaman badai yang lebih akurat di seluruh dunia. “Dengan data badai yang objektif, kita dapat merancang strategi mitigasi dan membangun infrastruktur pesisir yang lebih tangguh,” pesannya mengakhiri.

Gelaran ini merupakan bukti nyata kontribusi ITS dalam Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya SDGs ke-9 mengenai industri, inovasi, dan infrastruktur serta SDGs ke-14 mengenai ekonomi bawah laut. Melalui acara kolaborasi dua kampus ini, ITS pun berhasil menghimpun ide dari peneliti dari berbagai negara sehingga dapat selaras dengan SDGs ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. (*)

 

Reporter: Naurah Fitri
Redaktur: Nabila Hisanah Yusri

 

Berita Terkait