(dari kiri ke kanan) Mukhammad Muryono SSi MSi PhD, Dosen Universitas Brawijaya Dr Oktavias Muzaky Luthfi ST MSc, dan Dr Fernan P Tupas saat membawakan sesi diskusi pada helatan Blue Carbon Project and Financing Profiling Academy 2025
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan perannya dalam pelestarian ekosistem laut dan pesisir. Kali ini, ITS menjadi tuan rumah forum diskusi bertajuk Blue Carbon Project and Financing Profiling Academy 2025 oleh Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Blue Institute yang berlangsung dua hari sejak Kamis (7/8).
Direktur ASEAN Blue Institute Mukhammad Muryono SSi MSi PhD mengungkapkan bahwa forum ini bertujuan memberikan pemahaman tentang karbon biru kepada akademisi, pelaku usaha, hingga komunitas pesisir. Lebih lanjut, para pelaku lintas sektor diajak untuk memahami karakteristik ekosistem laut guna menggali potensi ekonomi. “Kita dapat menjembatani proyek konservasi laut menjadi peluang ekonomi,” ujar lelaki yang akrab disapa Muryono itu.
Forum diskusi yang dihelat di Gedung National Ship Design and Engineering Center (NaSDEC) ITS ini merupakan rangkaian kegiatan dari Blue Academy Program, sebuah pembelajaran kolaboratif yang berfokus pada isu karbon biru dan pemanfaatannya. Muryono menerangkan bahwa program ini melibatkan peserta dari enam negara ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Myanmar, serta Timor Leste.
Direktur ASEAN Blue Institute Mukhammad Muryono SSi MSi PhD saat menjelaskan tentang Blue Academy Program di Gedung NaSDEC ITS
Lebih dalam, dosen Departemen Biologi ITS ini menambahkan bahwa wilayah pesisir negara-negara ASEAN memiliki keragaman terumbu karang, mangrove, lamun, dan gambut. Potensi ini harus diiringi dengan kemitraan yang kuat bersama pelaku bisnis, organisasi nonpemerintah, dan kemitraan publik-swasta. “Kawasan ASEAN dinilai memiliki potensi dalam pertumbuhan ekonomi regional,” terang Muryono.
Direktur Komunikasi dan Kolaborasi Internasional Northern Iloilo State University Dr Fernan P Tupas menekankan pentingnya literasi laut untuk menumbuhkan kesadaran menjaga keanekaragaman hayati. Ia menggarisbawahi bahwa mata pencaharian masyarakat pesisir bergantung pada keseimbangan ekosistem laut. “Kegiatan ini menjadi upaya untuk meningkatkan literasi laut untuk masyarakat internasional,” terang lelaki yang akrab disapa Tupas itu.
Senada dengan itu, Tupas menjelaskan bahwa sumber daya laut dapat dimanfaatkan melalui usaha berbasis ekosistem yang tetap menjaga kelestarian lingkungan. Upaya diantaranya pemanfaatan kawasan ekowisata mangrove, program adopsi terumbu karang, serta pengolahan hasil laut bernilai ekonomis. Hal ini membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat melalui inovasi produk dan kemitraan lintas sektor.
Mahasiswa ITS saat mempraktikkan pengolahan sumber daya pesisir menjadi produk kerajinan
Setelah forum diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar untuk mengamati kondisi ekosistem pesisir Surabaya. Para peserta juga mengikuti praktik pembuatan produk kerajinan berbahan dasar mangrove sebagai penerapan pemahaman potensi ekonomi ekosistem laut.
Kegiatan ini menjadi wujud komitmen ITS dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-13 tentang Penanganan Perubahan Iklim dan poin ke-14 tentang Ekosistem Laut. Dengan menekankan peran aktif perempuan, inisiatif ini turut mendukung pencapaian poin ke-5 tentang Kesetaraan Gender. (*)
Reporter: A. Rifda Yuni Artika
Redaktur: Regy Zaid Zakaria
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh


