Tim Engineers in Action ITS bersama mahasiswa dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) Taiwan dan Osaka Institute of Technology (OIT) Jepang saat menghadiri pembukaan kegiatan
Kampus ITS, ITS News – Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar kegiatan Engineers in Action (EIA) 2025 di Desa Kemiri, Kabupaten Mojokerto selama dua minggu sejak Sabtu (5/7). Kegiatan ini menggandeng mahasiswa internasional dalam menerapkan teknologi tepat guna bagi masyarakat setempat.
Koordinator EIA 2025 Dr Kusdianto ST MSc Eng mengungkapkan bahwa mayoritas warga Desa Kemiri bermata pencaharian sebagai petani. Namun, masyarakat masih mengandalkan metode tradisional dalam mengeringkan hasil pertanian, yakni dengan menjemurnya di pinggir jalan. “Proses ini sangat bergantung pada panas matahari sehingga membutuhkan waktu lama dan berisiko tinggi karena dapat tergilas kendaraan,” tuturnya.
Menjawab permasalahan tersebut, tim EIA merancang alat pengering hasil panen berbahan bakar LPG. Alat ini mampu mengeringkan satu ton padi dalam dua jam dengan sistem sirkulasi udara panas untuk mengurangi kadar air tanaman. “Tak hanya itu, pengaturan suhu manual memungkinkan petani untuk mengontrol kelembaban sehingga kualitas hasil panen tetap terjaga,” jelasnya.
Tim Engineers in Action bergotong royong membangun greenhouse di lokasi kegiatan
Selain alat pengering, tim EIA juga membangun green house sebagai media budidaya tanaman seperti cabai dan terong. Green house ini dikelola oleh pelaku usaha setempat sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi warga sekaligus pemanfaatan lahan secara produktif dan ramah lingkungan.
Guna mendukung sistem pertanian di dalam green house, masyarakat turut diajarkan cara membuat biodigester. Inovasi ini mengubah limbah organik menjadi pupuk alami yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida. “Dengan biodigester, kami berharap kebiasaan membakar sampah masyarakat bisa perlahan hilang agar kerusakan lingkungan dapat diminimalisir,” terang Kusdianto.
Tak hanya itu, EIA 2025 pun menggelar tiga lokakarya edukatif bagi masyarakat. Lokakarya pertama menyasar anak-anak SD dengan mengenalkan cara memilah sampah yang dikemas melalui permainan interaktif. “Kami juga mengenalkan budaya Taiwan dan Jepang kepada siswa untuk memotivasi mereka agar bercita-cita menempuh pendidikan hingga ke luar negeri,” tambahnya.
Salah satu mahasiswa internasional memberikan edukasi cuci tangan kepada siswa SD dalam agenda workshop pemilahan sampah
Selanjutnya, lokakarya kedua memberikan pelatihan pembuatan biodigester dan pengoperasian alat pengering untuk para petani. Sementara lokakarya ketiga mengajarkan pembuatan sabun cuci piring ramah lingkungan dari texapon, bunga telang, dan jeruk nipis yang banyak ditemukan di wilayah tersebut.
Kegiatan ini melibatkan 20 dosen, sepuluh mahasiswa dari ITS, sembilan mahasiswa National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), dan satu asal Osaka Institute of Technology (OIT). Kolaborasi ini didukung penuh oleh Direktorat Kemitraan Global ITS untuk memperkuat sinergi internasional dalam pengabdian masyarakat.
Lebih dari itu, kegiatan ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Kusdianto berharap, melalui inovasi ini masyarakat dapat mengubah pengelolaan hasil pertanian agar optimal dan ramah lingkungan. (*)
Reporter: Andra Eka Wijayanti
Redaktur: Thariq Agfi Hermawan
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh


