ITS News

Jumat, 05 Desember 2025
08 Maret 2025, 20:03

ITS Kupas Tuntas Fase Berpikir Desain lewat Kuliah Tamu

Oleh : itsbar | | Source : ITS Online
Foto kuliah tamu Departemen Teknologi Informasi ITS

Segenap peserta dan pembicara pada kuliah tamu Interaksi Manusia dan Komputer Departemen Teknologi Informasi ITS

Kampus ITS, ITS News — Proses berpikir desain atau design thinking merupakan suatu fundamental penting dalam merancang aplikasi yang menunjang kebutuhan pengguna. Berupaya membekali kemampuan tersebut, Departemen Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar kuliah tamu bersama dosen kampus mitra Saint Mary’s University, Filipina, Rabu (5/3). 

Pembicara pada kuliah tamu, dosen Saint Mary’s University Rocel Audrey J Batara MIT menjelaskan, berpikir desain adalah metode pemecahan masalah berorientasi pada manusia yang sifatnya berulang atau iteratif.  Menurutnya, metode ini menjadi jalan keluar yang efektif dalam memahami kebutuhan pengguna, tantangan yang ada, dan mengolaborasikan gagasan menjadi sebuah inovasi.

Rocel mengungkapkan bahwa berpikir desain dapat membantu seorang desainer dalam mencetuskan solusi berdasarkan empati, membuat produk inklusif, dan mengurangi risiko kegagalan. Kedekatannya dengan manusia membuat proses pengujian dan evaluasi menjadi lebih akurat sesuai dengan kebutuhan. “Berpikir desain adalah metode dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia,” tegasnya. 

Dalam upaya memaksimalkan proses berpikir desain, imbuhnya, terdapat lima fase berpikir desain yang perlu diterapkan. Fase pertama yang menjadi salah satu kunci adalah berempati karena menjadi momentum atau pijakan awal dalam memahami manusia. Tahapan ini dilakukan dengan mengenali latar belakang pengguna aplikasi, misalnya mimpi, tujuan, dan tantangan calon pengguna. 

Foto pembicara kuliah tamu Departemen Teknologi Informasi ITS

Dosen Saint Mary’s University Rocel Audrey J Batara membahas lima fase berpikir desain

Dosen asal Filipina itu menyampaikan, fase kedua adalah mendefinisikan permasalahan yang ada. Langkah ini memungkinkan seorang desainer mengidentifikasi dampak dan tekanan terbesar dalam sebuah permasalahan. “Dengan begitu, pembuat aplikasi dapat lebih fokus pada permasalahan nyata,” tambah Rocel.

Beranjak dari permasalahan yang ada, selanjutnya adalah tahap perancangan ide. Menurut Rocel, kuantitas memiliki andil yang lebih penting daripada kualitas karena ide yang melimpah dapat dikreasikan menjadi sebuah konsep baru. Sehingga, dirinya menekankan untuk selalu mencari ide sebanyak mungkin untuk mendapat gagasan yang terbaik. “Setiap ide itu penting dan berharga sehingga diskusi diperlukan untuk memperoleh yang terbaik,” terang perempuan itu.

Selanjutnya, ide yang matang tersebut perlu dikelola menjadi sebuah purwarupa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan aplikasi. Pengajar yang eksper dalam bidang teknologi informasi ini menyampaikan bahwa langkah kunci merancang purwarupa terbagi menjadi tiga. Beberapa langkah ini termasuk membangun purwarupa, melakukan ujicoba, dan menyempurnakan hasilnya usai evaluasi.

Foto kegiatan diskusi pada kuliah tamu Departemen Teknologi Informasi ITS

Peserta kuliah tamu sedang berdiskusi untuk persiapan presentasi final

Pada tahapan terakhir, lanjut Rocel, purwarupa yang dihasilkan akan diuji kembali untuk memastikan aplikasi dapat berjalan optimal dan menjawab permasalahan. Terdapat lima metode untuk menguji purwarupa yang sesuai dengan kebutuhan dan jenis aplikasi. “Di antaranya adalah menguji kegunaan, A/B testing, survei, wawancara, dan analisis,” ucapnya. 

Sehingga, sebuah proses berpikir desain dapat menjadi sebuah metode tepat guna nan efektif bagi kebutuhan manusia. Rocel percaya, kelima fase ini dapat menjawab permasalahan dengan baik jika dilakukan dengan optimal. “Sejatinya, berpikir desain tidak hanya sebuah proses, tetapi sebuah cara berpikir, bekerja, dan berinovasi,” ucap Rocel menuturkan motivasi hidup. (*)

 

Reporter: Hibar Buana Puspa
Redaktur: Mohammad Febryan Khamim

Berita Terkait