Hafidz Ridho ST MSc MBA saat sosialisasi pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)
Kampus ITS, ITS News — Pengelolaan sampah organik masih menjadi tantangan besar di Indonesia khususnya sampah organik yang sering terabaikan. Untuk memanfaatkan kembali sampah organik agar tidak terbuang sia-sia, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) galakkan pelatihan pembuatan pupuk organik cair (POC) dari sampah organik rumah tangga.
Kontribusi Indonesia dalam menghasilkan limbah organik maupun anorganik terbilang cukup tinggi. Pemerintah Indonesia sendiri telah menargetkan pengurangan sampah plastik dengan pengolahan kembali seperti program bank sampah di pedesaan yang hanya melayani sampah anorganik. Sedangkan sampah organik seperti sisa buah dan sayur, dedaunan kering, dan kotoran ternak dibuang begitu saja sehingga berpotensi mencemari ekosistem aliran sungai.
Dosen Departemen Teknik Sistem dan Industri (DTSI) Hafidz Ridho ST MSc MBA menjelaskan, pemberdayaan masyarakat di Desa Dawuhansengon, Kabupaten Pasuruan dilakukan agar sampah organik hasil rumah tangga dapat diolah kembali menjadi POC. “Selain untuk memanfaatkan sampah organik, pelatihan pembuatan POC ini digalakkan agar kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah semakin meningkat,” jelas dosen yang merupakan ketua tim KKN ITS ini.
Ilustrasi komposter sederhana pengolahan sampah organik yang dilakukan oleh tim KKN ITS bersama Desa Dawuhansengon, Kabupaten Pasuruan
Pengolahan POC yang dilakukan pun tidak muluk-muluk dan dapat memanfaatkan bahan sederhana dari rumah. Bermodal peralatan ember bekas, botol air mineral dan selang transparan, warga Desa Dawuhansengon telah dapat melakukan pembuatan POC. “Untuk menghasilkan pupuk cair bernilai guna ini diperlukan sampah dapur, dedaunan, koran ternak, gula merah, serta bakteri,” terang lulusan magister National Taiwan University.
Hafidz menyebutkan, salah satu tantangan pengaplikasian pengolahan sampah organik ini terdapat pada kebiasaan masyarakat yang telah lama membuang limbah ternak ke sungai. Pendekatan persuasif terus didorong untuk meyakinkan warga bahwa kotoran ternak memiliki potensi bila diolah secara tepat. “Tim KKN sendiri melakukan studi mandiri memperkuat dasar teori temuan ini melalui literatur bacaan jurnal ilmiah sebelum mensosialisasikannya kepada warga,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Hafidz melihat bahwa keberhasilan dalam pengimplementasian program ini memerlukan pula sinergi kelompok masyarakat seperti pengelola bank sampah desa. Hingga saat ini koordinasi mengenai keberlanjutan program telah dilakukan bersama dengan pemerintah desa setempat. “Desa Dawuhansengon yang telah memiliki program bank sampah memiliki potensi lebih untuk mensukseskan pengolahan sampah organik,” jelas dosen Laboratorium of Quantitative Modelling and Industrial Policy Analysis ITS.
Kegiatan ini selaras dengan poin 15 dan 16 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang menyasar ekosistem daratan dan ekosistem lautan. Ia berharap agar kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga semakin meningkat dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi lingkungan. “Semoga hasil POC tidak terbatas penggunaannya di rumah tangga saja tetapi dapat pula mendukung sektor pertanian dan perkebunan warga,” tutup Hafidz. (*)
Reporter: Silvita Pramadani
Redaktur: Ricardo Hokky Wibisono
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh

