ITS News

Sabtu, 07 Desember 2024
19 Oktober 2024, 18:10

ITS Ciptakan Alat Pemantau Kualitas Air Berbasis IoT

Oleh : itsrif | | Source : ITS Online
Dosen pembimbing tim KKN Abmas saat memaparkan cara kerja alat pemantauan kualitas air

Dosen pembimbing KKN Abmas Dr techn Ir Raden Venantius Hari Ginardi MSc saat memaparkan cara kerja alat pemantau kualitas air

Kampus ITS, ITS News  — Pemeliharaan kualitas air menjadi hal krusial dalam upaya mengoptimalkan hasil budi daya udang. Menyadari hal tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan sistem pemantau kualitas air dengan mengaplikasikan Internet of Things (IoT).

Inovasi yang berhasil diimplementasikan di Dusun Kajar, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tersebut mendukung implementasi dua tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Inovasi tersebut mencapai tujuan poin 11, pembangunan ekosistem berkelanjutan, melalui pemantauan kualitas air. Selain itu, inovasi ini turut mendukung terwujudnya poin 9, infrastruktur, industri, dan inovasi dengan menerapkan teknologi sensor berbasis IoT. 

Dosen pembimbing tim KKN Abmas Dr techn Ir Raden Venantius Hari Ginardi MSc mengungkapkan bahwa kegiatan budi daya udang dapat menghasilkan produk udang yang sehat dan layak konsumsi apabila lingkungan berada dalam kondisi ideal. Meskipun demikian, pemantauan kualitas air yang ada saat ini masih belum optimal untuk mendukung ekosistem pembudidayaan udang. “Pemantauan biasanya hanya dilakukan lewat pengamatan visual,” tutur laki-laki yang akrab disapa Hari ini.

Foto Dosen Universitas Telkom Surabaya saat melakukan penyuluhan cara kerja sistem pemantauan kualitas air

Dosen Universitas Telkom Surabaya (baju putih) saat melakukan penyuluhan cara kerja sistem pemantau kualitas air

Permasalahan tersebut mendorong tim yang berkolaborasi dengan Universitas Telkom Surabaya ini mengembangkan sistem pemantau kualitas air kolam budi daya udang. Komponen utama dalam sistem ini adalah alat yang dipasangkan pada kolam udang yang terhubung dengan aplikasi pemantau secara real-time. “Alat ini kemudian dipasangkan pada kolam fiber tempat budi daya udang,” papar Hari.

Dosen Departemen Teknologi Informasi ITS tersebut menambahkan bahwa alat ini dilengkapi beberapa sensor yang dapat menilai kualitas air berdasarkan beberapa parameter, seperti sensor Total Dissolved Solids (TDS) yang mengukur total padatan yang terlarut dalam air. Selain itu, terdapat pula sensor untuk mengukur suhu, pH, kekeruhan, tingkat amonia, salinitas atau kadar garam, serta oksigen terlarut dalam air. 

Lebih lanjut, Hari menjelaskan alur kerja sistem pemantau kualitas air tersebut dimulai dengan menghubungkan alat ke internet. Selepas itu, alat yang telah mengumpulkan data parameter kualitas air akan terhubung dengan komputer. Pengolahan data dilakukan oleh perangkat IoT yang dapat memvisualkan data pada dashboard aplikasi pemantauan secara langsung.

Foto Mahasiswa ITS saat melakukan pengecekan pda alat pemantauan kualiatans air untuk kolam udang

Mahasiswa ITS saat melakukan pengecekan pada alat pemantau kualitas air untuk kolam udang

Tidak hanya itu, program komputer telah dilengkapi fitur peringatan dini apabila salah satu parameter kualitas air menunjukkan angka kurang ideal. Hal tersebut memungkinkan pengelola budi daya udang jenis vaname di unit usaha Omah Tuwek tersebut mengambil langkah antisipasi untuk menjaga kualitas ekosistem perairan tetap optimal. “Kami pun telah memberikan edukasi terkait cara penggunaan sistem ini kepada unit usaha dan masyarakat,” tambahnya. 

Lewat hadirnya sistem budi daya yang adaptif terhadap kondisi lingkungan perairan ini, Hari berharap dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi udang. Selain itu, teknologi ini memperkenalkan konsep budi daya yang sesuai dengan kondisi lokal sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi masyarakat. “Inovasi ini dapat menjadi alternatif masyarakat setempat untuk mendapatkan penghasilan tambahan,” tutupnya penuh harap. (*)

 

Reporter: A. Rifda Yuni  Artika
Redaktur: Mohammad Febryan Khamim

Berita Terkait