Surabaya, ITS News — Setiap pemeluk agama tentunya memiliki hak untuk beribadah dengan nyaman, tak terkecuali bagi penyandang tunanetra. Kali ini, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian masyarakat (KKN Abmas) Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang masjid berbasis sensoris yang ramah bagi tunanetra.
Dosen pendamping tim KKN Abmas Nurfahmi Muchlis ST MArs memaparkan, kegiatan KKN yang diadakan di Yayasan Pendidikan Anak-Anak Buta (YPAB) ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bangunan ibadah di lingkungan sekolah. Hal tersebut dikarenakan aksesibilitas pada fasilitas ibadah pada yayasan tersebut terbilang masih terbatas. Masjid berbasis sensoris sendiri merupakan masjid yang dapat mengakomodasi informasi visual yang para penyandang tunanetra berkendala untuk menerimanya.
Dosen yang akrab disapa Fahmi itu menuturkan, fasilitas pendidikan bagi penyandang disabilitas netra perlu dirancang agar mudah digunakan guna mendukung proses pembelajaran bagi siswa, khususnya fasilitas keagamaan. Tak hanya itu, kegiatan ini juga sejalan dengan poin Sustainable Development Goals nomor empat, 10, dan 11 tentang pendidikan berkualitas, berkurangnya kesenjangan, serta pengembangan kota dan permukiman yang berkelanjutan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Fahmi bersama tim KKN membuat rancangan masjid berbasis sensoris yang memberikan kemudahan akses serta mengakomodasi informasi bagi para penyandang tunanetra. “Dua fitur unggulan yang dirancang adalah ubin pemandu dan handrail di sepanjang dinding dan jalan,” ungkap dosen Laboratorium Perancangan Arsitektur ITS itu.
Ubin pemandu, lanjut Fahmi, bertujuan agar dapat membantu penyandang tunanetra menavigasi ruang dan berjalan menuju masjid. Ubin-ubin ini akan dipasang di sepanjang jalur yang sering dilalui jemaah, mulai dari pintu masuk hingga ke dalam ruang shalat. “Dengan begitu para jemaah terutama anak-anak akan lebih mudah mengenali arah masjidnya,” beber Fahmi.
Tim KKN Abmas Departemen Arsitektur ITS seusai kegiatan KKN di YPAB, KeputihSelain ubin pemandu, masjid ini juga akan dilengkapi dengan handrail atau pegangan tangan di sepanjang dinding dan tangga. Handrail ini akan diletakan di sepanjang jalan menuju pintu ruang beribadah dan tempat wudhu sehingga dapat membantu siswa dan guru dalam berpindah dari satu area ke area lainnya. Desain handrail juga dirancang dengan mempertimbangkan kemudahan dan kenyamanan ketika digenggam oleh penggunanya.
Dosen Departemen Arsitektur ITS ini berharap, desain perancangan masjid berbasis sensoris yang akan diresmikan pada 22 Oktober mendatang ini dapat segera direalisasikan sebagai contoh bagi masjid-masjid lainnya yang lebih ramah untuk penyandang disabilitas tunanetra. “Dengan adanya fasilitas yang memadai, diharapkan tunanetra dapat beribadah dengan khusyuk,” tutupnya.(*)
Reporter: Khaila Bening Amanda Putri
Redaktur: Ricardo Hokky Wibisono
Kampus ITS, ITS News — Permasalahan kesetaraan gender di Indonesia masih menjadi tantangan terutama wilayah terpencil dengan akses pendidikan
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Infineon menyelenggarakan Seminar Intelligent Power Distribution. Menjadi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus menunjukan kontribusinya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Bertepatan
Kampus ITS, ITS News — Masih dalam rangkaian acara perayaan Dies Natalis ITS ke-64, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)