Tim Abmas ITS bersama Kelompok Tani “Jempolan” Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep, Surabaya setelah penyerahan alat sterilisasi (autoklaf) baglog jamur tiram
Kampus ITS, ITS News — Menurunnya jumlah produksi jamur tiram pascapandemi menjadi sorotan khusus bagi pemerintah. Melihat permasalahan tersebut, tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inisiasikan program diseminasi media tanam jamur tiram serta alat sterilisasi (autoklaf) baglog pada Kelompok Tani “Jempolan” Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep, Surabaya guna tingkatkan jumlah produksi jamur tiram.
Irma Citra Mayangsari, mahasiswa yang tergabung dalam program Abmas tersebut menjelaskan bahwa media tanam memiliki pengaruh penting terhadap pertumbuhan jamur. Selain itu, untuk menghindari kontaminasi pertumbuhan jamur yang tidak diinginkan, diperlukan baglog yang steril. Dalam hal ini, para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani “Jempolan” sebelumnya hanya menggunakan media tanam dan autoklaf yang terlampau konvensional.
Maka dari itu, tim Abmas ITS bantu kembangkan mesin autoklaf yang lebih modern pun dengan kapasitas yang lebih banyak. Autoklaf yang dirancang oleh dosen departemen Teknik Mesin Industri ITS, Muhammad Lukman Hakim tersebut terbuat dari logam dengan kapasitas mencapai 200-250 baglog. “Autoklaf tersebut tentunya lebih efektif dibanding dengan alat sterilisasi sebelumnya yang hanya berkapasitas 50 baglog,” ujar mahasiswi departemen Kimia tersebut.
Tak hanya itu, autoklaf yang telah diserahkan kepada Kelompok Tani “Jempolan” pada bulan Oktober 2022 lalu, juga memiliki penunjuk suhu yang telah otomatis akan ditahan ketika telah mencapai suhu steril 121 derajat celsius. Lebih lanjut, terang Irma, proses sterilisasi dengan mesin ini juga dipangkas jauh lebih singkat menjadi 1-2 jam dari alat sebelumnya yang mencapai 8 jam.
Alat sterilisasi (autoklaf) baglog inovasi Tim Abmas ITS
Pada proses penyerahan alat sterilisasi tersebut turut diadakan sosialisasi mengenai peningkatan kuantitas produksi jamur dengan menggunakan media tana ampas tebu dan sabut kelapa. Hal tersebut didasarkan oleh paten IDP000063180 dan IDP000071789 yang telah dikembangkan oleh Prof. Adi Setyo Purnomo dan Sri Fatmawati, Ph.D yang juga tergabung dalam tim Abmas dari Departemen Kimia ITS ini.
Pemilihan media tanam menggunakan ampas tebu dan sabut kelapa itu pun bukan tanpa alasan, dengan penggunaan media tanam alternatif tersebut dapat mempercepat pertumbuhan miselium dan menghasilkan jamur tiram. Selain itu, ketersediaan serbuk kayu sengon yang menjadi media tanam sebelumnya kini semakin berkurang seiring dengan banyaknya permintaan.
Potret perwakilan tim Abmas ITS dengan perwakilan Kelompok Tani “Jempolan” Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep, Surabaya setelah sesi sosialiasi diseminasi media tanam alternatif hasil penelitian sivitas akademika ITS
Ke depannya, program Abmas yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek ini akan berlanjut untuk memonitor alat dan alternatif media tanam jamur agar mencapai kebermanfaatan. “Selain itu, kami berharap agar kegiatan ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah (Pemda) hingga dapat tersosialisasikan kepada kelompok tani lain,” tutupnya. (*)
Reporter: Mifda Khoirotul Azma
Surabaya, ITS News — Keterbatasan motorik pada siswa penyandang cerebral palsy (CP) kerap menghambat aktivitas belajar di sekolah. Guna
Kampus ITS, ITS News — Ketergantungan pengelolaan sampah pada lahan terbuka mendorong Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersinergi dengan
Kampus ITS, ITS News – Meningkatnya ancaman siklon tropis di Samudera Hindia, akhir-akhir ini, menjadi alarm keras bagi pemerintah
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan


