ITS News

Sabtu, 11 Mei 2024
12 Agustus 2023, 08:08

Mengulik Rendahnya Budaya Jalan Kaki di Indonesia

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

ilustrasi pejalan kaki (sumber : Detik.com)

Kampus ITS, Opini — Di era perkembangan teknologi transportasi yang kian pesat, masyarakat indonesia cenderung mengandalkan moda transportasi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Seiring dengan itu, budaya jalan kaki yang seharusnya menjadi sarana transportasi utama, kini kian terpinggirkan.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan penduduk yang paling malas jalan kaki. Diketahui, masyarakat indonesia rata-rata hanya aktif berjalan sebanyak 3513 langkah saja. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan warga Tiongkok yang sehari berjalan dengan rata-rata 6189 langkah.

Hal ini berdampak pada kesehatan masyarakat Indonesia, terutama kaitannya dengan obesitas. Penelitian yang sama,  mengungkap hubungan antara kurangnya aktivitas jalan kaki dan tingginya angka obesitas di suatu negara. Indonesia juga dinyatakan menempati peringkat ke-17 sebagai negara dengan penduduk yang mengalami obesitas terbanyak di dunia.

Lebih lanjut, survei yang dilakukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga mengkonfirmasi temuan penelitian dari Universitas Stanford mengenai partisipasi olahraga di Indonesia. Dari hasil survei, diketahui hanya 24 persen orang Indonesia yang memiliki tubuh yang bugar, dan partisipasi olahraga di Indonesia hanya sebesar 34 persen. 

Mengatasi hal ini, muncul banyak pertanyaan mengenai faktor penyebab banyaknya masyarakat Indonesia yang malas untuk melakukan aktivitas jalan kaki. Menurut Lektor Kepala Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung, Dr Ernawati Hendrakusumah Dra MSP salah satu alasan orang Indonesia malas berjalan kaki dikarenakan kurangnya infrastruktur yang memadai. 

Salah satu infrastuktur yang  penting bagi pejalan kaki adalah trotoar, namun kondisi eksisting menunjukkan bahwa infrastruktur trotoar di berbagai kota memiliki kondisi yang tidak layak. Di beberapa tempat, kondisi trotoarnya rusak, terlalu kecil, dan bahkan ada jalan yang tidak memiliki trotoar. Selain itu,masih banyaknya pengendara bermotor yang salah menggunakan trotoar sebagai jalan dan menghalangi akses bagi pejalan kaki.

Menyikapi hal tersebut, diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing pribadi terkait manfaat yang didapat apabila rajin berjalan kaki serta kesadaran untuk merawat infrastruktur yang ada. Pendidikan tentang pentingnya olahraga, fasilitas yang memadai, dan kesadaran akan manfaat kesehatan harus menjadi fokus utama. 

Selain manfaat kesehatan, berjalan kaki juga berperan penting dalam mengurangi perubahan iklim dan memperbaiki lingkungan. Dengan berjalan kaki, kita dapat mengurangi polusi udara, emisi gas rumah kaca, polusi suara, dan bahkan mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas. 

Pada intinya, berjalan kaki bukan hanya merupakan olahraga yang murah dan ringan, tetapi juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Jalan kaki secara teratur dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan maupun lingkungan. Maka dari itu, budaya jalan kaki harus kembali digalakkan, dengan dukungan dari kesadaran masyarakat akan kesehatan dan juga fasilitas yang ada. (*)

 

Ditulis oleh:
Nayla Maisun Nur Aqila
Departemen Statistika
Angkatan 2022
Reporter ITS Online

Berita Terkait