ITS News

Sabtu, 18 Mei 2024
12 Februari 2023, 20:02

Latto–latto, Harapan Bangkitnya Permainan Tradisional

Oleh : itsfer | | Source : ITS Online

Permainan Latto-latto yang kini digandrungi oleh anak-anak di Indonesia (Sumber: Lintas Balikpapan)

Kampus ITS, Opini – Di tengah gempuran kemajuan teknologi, eksistensi permainan tradisional kian tergerus. Di zaman yang serba digital ini, kita lebih sering menemui anak-anak memegang smartphone ketimbang bermain petak umpet. Entah itu sesuatu yang positif atau sebaliknya, perkembangan zaman membuat pola bermain anak-anak berubah. Tetapi, entah keajaiban apa yang terjadi, permainan tradisional mulai digandrungi kembali. Bunyi khas klak, klak, klak dari permainan ini menjalar ke seluruh negeri.

Latto-latto namanya, permainan yang kini populer kembali setelah sekian dekade redup eksistensinya. Latto-latto mendapatkan namanya dari bahasa Bugis yang berarti bunyi dari ketukan. Sementara itu, di Makassar permainan ini disebut sebagai Katto-katto, yang memiliki arti sama dengan Latto-Latto. Mainan yang pertama kali dikenalkan di Amerika Serikat dengan nama Clackers Ball ini berbentuk dua bandul yang diikatkan pada tali kemudian diadu hingga berbenturan dan berbunyi klak klak klak.

Latto-latto atau Clackers Ball di Amerika Serikat memiliki tali yang lebih tebal daripada di Indonesia (Sumber: Groovy History)

Sejak 1960-an, Clackers Ball beberapa kali bertransformasi agar dapat dimainkan dengan lebih aman oleh anak-anak. Memasuki dekade 90-an, mainan ini dirancang ulang menjadi berbahan plastik hingga mulai populer di kalangan anak-anak Indonesia. Namun, kepopuleran mainan ini tidak bertahan lama. Memasuki milenium 2000, permainan tradisional perlahan mulai tergeser dengan permainan modern seperti video game dan semakin hilang eksistensinya di dekade 2010-an, tak terkecuali dengan Latto-latto.

Di periode ini, kita mulai melihat perkembangan game online yang semakin menjamur di berbagai platform. Kemudahan bermain game online di smartphone hingga PC membuat anak-anak lebih memilih bermain di rumah dibanding bermain di luar rumah bersama teman sebayanya. Pun, jika anak-anak bermain di luar rumah kebanyakan membawa smartphone-nya masing-masing.

Latto-latto kembali populer

Namun, entah apa alasannya, sejak akhir tahun 2022 yang lalu, permainan Latto-latto kembali populer di Indonesia. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa pun menjajal permainan ini. Kini, sejauh jejak melangkah, rasa-rasanya suara klak klak klak dari mainan ini dapat terdengar dari setiap sudut. Di ujung gang, dari jalanan perumahan, hingga di taman-taman kota pun banyak saya temui anak-anak yang bermain Latto-latto.

Presiden Jokowi yang sempat menjajal permainan Latto-latto (Sumber: Tribun Gorontalo)

Tidak hanya dari testimoni pribadi, saking populernya mainan ini, Presiden Jokowi pun sempat ditawari untuk bermain Latto-latto oleh anak yang ia temui dalam kunjungannya ke Subang, Jawa Barat. Bahkan, di beberapa tempat, permainan ini dilombakan serta berhasil mengundang partisipan dari berbagai kalangan. Kepopuleran permainan ini menjadi fenomena di Indonesia, yang menurut saya merupakan sebuah pertanda positif.

Kepopuleran Latto-latto ini membuktikan, ternyata permainan tradisional masih memiliki tempat di zaman yang serba modern ini. Permainan-permainan tradisional lain, yang mungkin sering generasi saya dan generasi di atas saya mainkan sewaktu kecil, juga berpotensi untuk “hidup” kembali. Permainan tradisional dapat dikemas kembali dengan sesuatu yang baru, menyesuaikan perubahan zaman, sehingga dapat menarik perhatian anak-anak di zaman sekarang.

Tentu saja, kita tidak dapat memungkiri perkembangan zaman dan perubahan perilaku yang dibawanya. Namun, tidak ada salahnya jika permainan tradisional mulai marak kembali dimainkan anak-anak Indonesia. Hemat saya, permainan-permainan tradisional yang populer di kalangan anak-anak dahulu, seperti kelereng, petak umpet, ataupun engklek meningkatkan interaksi sosial anak-anak dengan teman sebayanya.

Interaksi tatap muka secara langsung seperti inilah yang kini mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Interaksi sosial yang didapatkan anak-anak dari memainkan permainan tradisional akan berbeda dengan yang didapatkan dari game online. Tidak ada salahnya juga anak-anak bermain game online untuk bersenang-senang dan melatih kreativitas. Namun, bermain permainan tradisional juga memiliki pengaruh yang positif untuk meningkatkan kepekaan sosial dan lingkungan di zaman yang serba digital ini. (*)

 

Ditulis oleh:
Ferdian Wibowo
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota
Angkatan 2020

Berita Terkait