ITS News

Kamis, 18 April 2024
02 Januari 2023, 12:01

Menilik Datum Acuan Pasang Surut Perairan

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Dr rer nat Wiwin Windupranata ST MSi tengah memaparkan materi terkait datum pasang surut

Kampus ITS, ITS News — Pasang surut air laut menjadi salah satu komponen penting dalam memantau kondisi perairan Indonesia. Bahasan terkait datum acuan data pengukuran elemen ini dipaparkan oleh Dr rer nat Wiwin Windupranata ST MSi dalam The 2022 IEEE Asia Pacific Conference on Geoscience, Electronics, and Remote Sensing Technology (AGERS 2022).

Dosen asal Institut Teknologi Bandung (ITB) ini membeberkan, datum merupakan ketinggian standar yang ditentukan oleh fase pasang surut tertentu. Menjadi cikal bakal data pasang surut, datum digunakan sebagai referensi pengukuran ketinggian air lokal yang tidak boleh diperluas ke daerah dengan karakteristik oseanografi berbeda. “Harus ada proses pengukuran lanjutan yang memadai dan mumpuni dulu,” ujar Wiwin.

Lebih dalam, Dosen Teknik Geodesi ITB ini menuturkan bahwa terdapat tiga poin utama terkait urgensi datum pasang surut. Kepentingan tersebut meliputi penentuan batas terluar zona maritim, perancangan peta laut atau grafik bahari yang menggambarkan konfigurasi garis pantai dan dasar laut, serta survei dan operasional lepas pantai. “Survei yang dimaksud terkait dengan hidrografi, pembangunan instalasi lepas pantai, penambangan, dan hal lainnya,” ungkapnya.

Paparan terkait prospek datum pasang surut

Sementara itu, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk pengambilan informasi, yakni melalui stasiun pasang surut, satelit altimetri, maupun pemodelan hidrodinamik. Nantinya, data yang diperoleh dari stasiun pasang surut berupa data tunggal yang meliputi komponen dan deret waktu. “Penghimpunan data dengan kedua cara lainnya dilakukan secara global, sehingga hasilnya lebih majemuk,” timpalnya.

Pemodelan pasang surut untuk datum di Indonesia sendiri diketahui menggunakan basis satelit altimetri bernama INATIdesv2c. Model ini mengumpulkan data dari 132 stasiun pasang surut di Indonesia yang telah terintegrasi dengan Badan Informasi Geospasial (BIG). Dalam prosesnya, pemodelan ini dilakukan dengan melewati berbagai tahapan, yakni pengumpulan data, filtrasi, observasi data, hingga analisis data pasang surut untuk kemudian difinalisasi.

Menurut Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB ini, masih banyak tantangan sekaligus prospek pengukuran datum pasang surut di perairan Indonesia. Untuk itu, diperlukan adanya pengembangan lebih lanjut guna memperbaiki kualitas kontrol, kemudahan akses, stabilitas, hingga proses asimilasi dari ketiga cara pengumpulan data yang dijelaskan sebelumnya. “Hal tersebut harus segera dioptimalkan mengingat prospek kita sebagai negara maritim yang begitu besar,” tukasnya mengakhiri. (*)

 

Reporter: Shafa Annisa Ramadhani
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya

Berita Terkait