ITS News

Kamis, 25 April 2024
14 Desember 2022, 10:12

Bantu Petani Ikan, Abmas ITS Diversifikasi Budidaya Patin

Oleh : itszan | | Source : ITS Online

Foto bersama tim Abmas ITS dengan salah satu petani tambak ikan patin saat melakukan kunjungan di Desa Bulusari

Tulungagung, ITS News — Selain pariwisata, Desa Bulusari, Tulungagung merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi produsen ikan patin terbesar di Indonesia. Tak ingin menyia-nyiakan hal tersebut, tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memberdayakan desa dengan mengintegrasikan budidaya ikan yang dilengkapi teknologi panel surya pada tambak ikan.

Dosen pembimbing Abmas, Dr Lila Yuwana MSi mengatakan, kebutuhan pasar domestik dan angka konsumsi ikan patin per kapita cenderung meningkat tiap tahunnya. Selama tiga tahun terakhir, kecenderungan mengonsumsi ikan di Indonesia menyentuh angka 21,9 persen. Di mana dari total produksi 437 ton, 76 persen diantaranya merupakan ikan segar dan 15 persen lainnya merupakan ikan impor yang diawetkan.

Dengan melihat jumlah konsumsi yang fantastis tersebut, potensi ini dinilai dapat menunjang pengembangan kawasan ekonomi. Kendati demikian, pemberdayaan ternak ikan yang berada di Kabupaten Tulungagung dinilai belum memiliki perencanaan yang baik terhadap pertumbuhan ikan, perilaku ikan, dan produksi massal.

Implementasi inovasi sistem pencahayaan tambak ikan patin berbasis panel surya dan energi panas matahari

Lebih jauh, jika ditilik dari pengalaman peternak ikan patin, Lila dapat menarik kesimpulan bahwa ikan menunjukkan perilaku berbeda di kondisi terang dan gelap. Menurutnya, perilaku ikan tidak akan terganggu saat malam hari jika tetap ada pencahayaan yang cukup. “Pertumbuhan ikan patin berkaitan erat dengan intensitas cahaya yang diterima,” jelasnya.

Berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut, Lila dan tim membangun sistem pencahayaan dengan panel surya yang menggunakan energi matahari. Sistem ini dirancang untuk bekerja otomatis pada malam hari dengan sisa energi panas yang disimpan dalam baterai. Nantinya, inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pertumbuhan ikan patin seperti yang telah dilaporkan oleh masyarakat setempat.

Setelah dilakukan pengamatan, sistem yang dirancang oleh Abmas ini berhasil melihat perkembangan perilaku ikan yang dibuktikan dengan berkurangnya rata-rata ikan mati di malam hari secara signifikan, di mana dari 20 ikan menjadi dua ikan per hari. “Dari hasil itu, kami menyimpulkan bahwa ikan agresif terhadap cahaya,” ujar Dosen Departemen Fisika tersebut.

Potret alat giling hasil rancangan tim Abmas ITS bersama salah satu masyarakat pengolah makanan dari limbah ikan patin di Desa Bulusari

Tak hanya itu, tim ini juga menyumbangkan sejumlah alat giling untuk pengelolaan limbah ikan patin, seperti bagian kepala dan duri. Limbah-limbah ini nantinya dapat dijadikan olahan makanan, seperti kerupuk maupun keripik ikan patin. Dengan alat giling ini, masyarakat dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mampu memiliki produk olahan mandiri yang dapat dipasarkan secara kontinu.

Dalam implementasinya, alat giling ini telah ditargetkan akan berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Desa Bulusari. Lila mengungkapkan bahwa hasil penjualan total dari olahan makanan yang berasal dari limbah ikan patin ini diprediksi akan tembus 18 juta dengan laba yang diperoleh sebesar 8 juta per bulan.

Potret tim Abmas ITS bersama dengan masyarakat setempat usai melakukan kunjungan sekaligus menjajal produk olahan ikan patin

Dengan banyaknya dampak positif di setiap produk tepat gunanya, Lila berharap Abmas ini dapat meningkatkan diversifikasi produk olahan ikan patin di Indonesia, khususnya Tulungagung. “Kami berharap pemberdayaan pemuda juga dapat dimaksimalkan dalam pengelolaan kolam ikan patin Desa Bulusari,” pungkasnya. (*)

 

Reporter: Fauzan Fakhrizal Azmi
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya

Berita Terkait