ITS News

Jumat, 19 April 2024
10 Desember 2022, 15:12

BEM FTEIC ITS Bangun PLTS bagi Desa Segorotambak

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Penyerahan sertifikat kerja sama BEM FTEIC ITS kepada Desa Segorotambak dalam program Rumah Pengabdian, Minggu (27/11)

Sidoarjo, ITS News – Kurang berkembangnya potensi desa akibat biaya operasional listrik yang tinggi masih menjadi permasalahan utama Desa Segorotambak, Sidoarjo. Melihat hal itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk masyarakat setempat.

Sebagai desa binaan BEM FTEIC ITS, Desa Segorotambak memang dikenal dengan potensi sentra budidaya kepitingnya. Sayangnya, usaha tersebut dinilai kurang berkembang karena tingginya biaya operasional listrik. “Keuntungan dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) belum tentu dapat menutup biaya operasional tersebut,” jelas penanggung jawab program Rumah Pengabdian ini, Riza Dwi Febri Saputra.

Berangkat dari permasalahan tersebut, bersama Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HIMATEKTRO) dan Himpunan Mahasiswa Teknik Komputer (HIMATEKKOM), BEM FTEIC menginisiasi PLTS sebagai sumber energi alternatif untuk sistem filtrasi dan aerator. Pembangunan PLTS sendiri diharapkan dapat membantu pihak BUMDes untuk melakukan riset. “Jika berhasil, penggunaan PLTS akan diterapkan untuk menunjang kehidupan warga Desa Segorotambak di aspek lainnya,” terang Riza.

Diagram rangkaian PLTS yang dibangun oleh BEM FTEIC ITS untuk BUMDes Desa Segorotambak

PLTS sendiri dipilih sebagai alternatif untuk menjawab permasalahan karena kondisi demografis Desa Segorotambak. Selain itu, energi yang dihasilkan oleh PLTS dinilai relatif lebih besar jika dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). “PLTS sebenarnya dapat dibangun di daerah mana saja, terlebih di daerah tambak seperti desa ini,” timpal Riza.

Di samping itu, penggunaan PLTS juga dianggap lebih ekonomis dan efektif dalam menekan biaya operasional listrik BUMDes. Pasalnya, sumber energi listrik tak hanya bersumber dari cahaya matahari, melainkan juga dari arus listrik konvensional. “Ketika beban listrik adalah lima kWh, sedangkan PLTS hanya menghasilkan tiga kWh, maka diperlukan dua kWh saja dari listrik konvensional,” papar mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS tersebut.

Riza mengungkapkan, sistem ini lebih aplikatif dan memudahkan masyarakat dalam pemantauan.  Bagaimana tidak, dengan kapasitas 600 Wp, PLTS ini mampu menyuplai energi listrik untuk operasional BUMDes, seperti penerangan kolam, aerator, pompa air, kipas, hingga kulkas. Adapun sistem panel surya yang digunakan adalah on-grid, di mana sistem terhubung langsung dengan jaringan listrik konvensional dan dapat mengirim kelebihan daya yang dihasilkan sel surya kembali ke jaringan.

Penanggung jawab program Rumah Pengabdian, Riza Dwi Febri Saputra tengah melakukan pemasangan panel surya di Desa Segorotambak, Sabtu (26/11)

Usai pemasangan PLTS, Riza mengaku banyak mendapat tanggapan yang positif dari warga setempat. “Inovasi ini merupakan hal baru bagi mereka, sehingga banyak yang ingin mengetahui lebih lanjut terkait panel surya dan energi alternatif lainnya,” ujar laki-laki berkacamata tersebut.

Kegiatan yang dilaksanakan November lalu ini tak hanya memperkenalkan PLTS, tetapi juga penyerahan alat secara simbolik kepada BUMDes setempat. “Kami berharap inovasi ini mampu menebar kebermanfaatan bagi desa Segorotambak dalam jangka waktu yang lama,” pungkasnya penuh harap. (*)

 

Reporter: Aghnia Tias Salsabila
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya

Berita Terkait