ITS News

Jumat, 19 April 2024
03 Desember 2022, 11:12

Lewat Webinar, BEM ITS Edukasikan Bahaya Narkotika

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Psikolog Klinis BNN Provinsi Jawa Timur, Yogestri Rakhmahappin MPsi dalam webinar bertajuk ITS About Healed Self, Sabtu (26/11)

Kampus ITS, ITS News — Ketidakstabilan pemikiran pada fase menuju dewasa membuat banyak kaum muda terjerumus dalam jerat narkotika. Guna mengedukasi mahasiswa terkait bahaya narkotika, Kementerian Edukasi Kesehatan dan Pasca Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar webinar bertajuk ITS About Healed Self, Sabtu (26/11).

Psikolog Klinis Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur, Yogestri Rakhmahappin menuturkan ada dua indikasi utama yang menyebabkan penggunaan narkotika berkaitan erat dengan gangguan kesehatan mental. Indikasi utama yang ia garis bawahi adalah sistem kerja narkotika yang langsung menyerang fungsi otak serta sifat penggunaannya yang kronis. “Ini dipicu oleh penggunaan narkotika dalam jangka waktu panjang bahkan menahun,” tambahnya.

Dalam penjelasannya, Yogestri menerangkan bahwa mengonsumsi narkotika dalam kurun waktu yang lama dan dengan dosis yang tidak sesuai akan merusak selubung mielin yang membungkus sel saraf otak. Tak pelak, kerusakan yang terjadi berpotensi menyebabkan fungsi otak terganggu. Adapun gangguan tersebut berupa melemahnya daya ingat, menurunnya daya konsentrasi, hingga gangguan kontrol emosi. Pada kasus terburuk, penggunaan barang terlarang ini dapat menyebabkan kematian. 

Gambaran CT Scan perbedaan otak manusia sehat dan otak pengguna narkoba

Perempuan kelahiran Ngawi, 28 Oktober 1991 ini turut menjabarkan faktor yang menyebabkan seseorang dapat terjerumus pada penggunaan narkotika. Faktor tersebut ialah individual, lingkungan, serta narkotika itu sendiri. Terkait faktor individual, Yogestri memaparkan bahwa seseorang yang kerap menutup diri dan tidak memiliki teman untuk berbagi cerita cenderung berpotensi menjadi pengguna narkoba. “Ibaratnya, karena kesepian, mereka berupaya mencari pelarian lain lewat narkoba,” ujarnya.

Selanjutnya, lulusan Magister Psikologi Profesi Universitas Padjajaran ini membeberkan fakta bahwa faktor lingkungan yang dimaksud berasal dari keluarga, tetangga, maupun sosial. Menurutnya, saat seseorang menginjak usia mahasiswa, faktor lingkungan lebih mengarah pada lingkaran pergaulan yang rusak dan menjerumuskan. “Selain itu, mudahnya akses dalam mendapatkan narkotika juga berpengaruh besar terhadap lahirnya pengguna barang haram ini sendiri,” ungkapnya. 

Menilik fatalnya akibat penggunaan narkotika, Yogestri mengimbau para mahasiswa untuk segera melaporkan pada pihak berwenang apabila menemukan indikasi pengguna narkotika di lingkungannya. Langkah ini menurutnya dapat menjadi tindak preventif untuk menyelamatkan pengguna itu sendiri. Ia turut menggaungkan bahwa rehabilitasi sebagai proses perawatan terstruktur masih menjadi opsi paling baik untuk mengobati para pecandu barang haram ini dibandingkan dijebloskan ke penjara.

Terakhir, Yogestri menyampaikan bahwa narkotika hanya menyelesaikan masalah sesaat dan justru akan menghadirkan bencana besar di jenjang waktu berikutnya.  Maka dari itu, perempuan asal Ngawi ini berpesan bagi para generasi muda untuk tidak segan mencari pertolongan profesional apabila merasa permasalahan yang dihadapi sudah tidak dapat ditangani sendiri. “Mari sembuh bersama tanpa narkotika demi menyelamatkan generasi masa depan Indonesia,” pesannya. (*)

 

Reporter: Shafa Annisa Ramadhani
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya

Berita Terkait