ITS News

Selasa, 19 Maret 2024
02 Desember 2022, 21:12

Mengulik Bebagai Manfaat Penggunaan Data dan Informasi Geospasial

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Muhammad Nurman ST MT menjelaskan mengenai data dan informasi geospasial

Kampus ITS, ITS News — Sebagai salah satu negara dengan wilayah terluas, Indonesia membutuhkan peran besar penggunaan data dan informasi geospasial untuk keberlangsungan pembangunan negeri. Tak sebatas itu, menurut surveyor pemetaan madya Badan Informasi Geospasial (BIG) Muhammad Nurman ST MT ada banyak kegunaan lainnya yang dapat dilakukan oleh kedua hal tersebut.

Lelaki yang akrab disapa Nurman ini menyampaikan, pada bidang ilmu Geomatika sebelum didapatkan informasi geospasial terdapat proses pengumpulan data-data. Di antaranya tentang lokasi, dimensi atau ukuran, karakteristik objek alam, dan buatan manusia yang berada di atas maupun bawah permukaan bumi. Contoh dari data geospasial adalah citra satelit, jarak, foto udara, dan koordinat.

Setelah dikumpulkan, data tersebut diolah dan dianalisis hingga menjadi informasi geospasial. Informasi ini dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti model kota dan bangunan, peta tematik, serta model elevasi permukaan bumi.

Dengan informasi yang telah dianalisis, dapat disimpulkan mengenai suatu permasalahan yang dapat digunakan untuk membuat sebuah rencana atau tindakan. “Bisa digunakan untuk perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian,” ujar Nurman.

Berbagai peran dari data dan informasi geospasial dalam pembangunan negara

Ia melanjutkan, informasi geospasial memiliki beberapa peran penting. Di antaranya dipergunakan untuk perencanaan pembangunan nasional, pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, penataan ruang kota, dan manajemen pengurangan risiko bencana. 

Melihat lebih saksama, Indonesia dilalui oleh 3 jalur pertemuan lempeng tektonik bumi aktif dan berbagai gunung berapi aktif di atas lempeng tersebut. Hal ini berpotensi mengakibatkan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus.

Dengan mengidentifikasi dan memetakan seluruh lempeng tektonik dan gunung aktif yang berada di Indonesia, maka dapat dianalisis risiko bencana alam di suatu lokasi dan membuat rencana mitigasinya. “Untuk mitigasi, kita memiliki beberapa stasiun pasang surut sebagai alat peringatan tsunami dan gelombang pasang,” tuturnya pada acara Geosentric Amazing Talkshow and Creative Performing Arts Collaboration (Gravitation), Minggu (20/11).

Peta risiko bencana alam berdasarkan data dan informasi geospasial

Selain itu, Nurman mengatakan bahwa penggunaan data dan informasi geospasial ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan Sustainable Development Goals (SDG). Dua upaya yang telah dikerjakan oleh BIG dalam hal ini adalah pembuatan peta Potensi Desa (Podes) dan Profil Desa dan Kelurahan (Prodeskel).

Peta Podes memperlihatkan berbagai aspek dari sebuah wilayah yang menunjukkan potensi dari wilayah tersebut, seperti distribusi tenaga medis, persebaran tenaga listrik, dan penggunaan internet dan telepon.

Di sisi lain, Prodeskel dapat digunakan untuk mengamati perkembangan suatu wilayah. Beberapa aspek wilayah yang dapat dilihat di peta Prodeskel adalah tingkat status sosial, status keberlangsungan Keluarga Berencana (KB), dan persebaran dan cakupan sekolah. “Dengan ini, kita bisa membantu desa-desa mencapai SGD,” terangnya pada acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Himage ITS).

Ia berpendapat bahwa berdasarkan SDG, data dan informasi geospasial dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi persentase kemiskinan, rasio elektrifikasi, persentase pengguna internet, tingkat pendaftaran sekolah, dsb. “Hal-hal ini lah yang dapat digunakan sebagai indikator dan basis untuk pengambilan keputusan maupun perumusan kebijakan,” tandasnya. (*)

 

Reporter: Kevin Bahari Pratama
Redaktur: Fatima Az Zahra

Berita Terkait