ITS News

Jumat, 19 April 2024
05 November 2022, 22:11

Soto Kudus sebagai Sarana Toleransi Beragama

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Soto Kudus, makanan nikmat yang menyimpan makna mendalam (Sumber : Detik)

Kampus ITS, Opini — Kudus, salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan implementasi toleransinya. Tak hanya masyarakatnya, toleransi di Kabupaten Kudus dapat dilihat pula dari segi kebudayaannya, khususnya bidang kuliner. Soto Kudus yang semenjak dulu hingga sekarang menjadi primadona bagi masyarakat lokal serta pendatang, merupakan bukti nyata implementasi toleransi di Kudus. Lalu, bagaimana bisa semangkuk soto bisa mengimplementasikan toleransi suatu daerah?

Indonesia sejak zaman dahulu adalah negara yang kaya akan keberagaman, mulai dari segi bahasa, budaya, hingga kepercayaan. Dengan kekayaan yang dimiliki Indonesia ini, toleransi terhadap suatu perbedaan menjadi hal yang sangat penting.  Salah satu daerah yang dapat dijadikan acuan dalam mengimplementasikan toleransi tersebut adalah daerah Kudus, Jawa Tengah.

Pada abad ke-16, salah satu Walisongo yang ditugaskan untuk berdakwah di Kabupaten Kudus, Ja’far Shadiq, memperkenalkan soto Kudus. Hal ini merupakan bukti karamah yang dimiliki oleh seorang wali. Bagaimana tidak, Ja’far Shadiq atau lebih dikenal sebagai Sunan Kudus berhasil mempersatukan keberagaman di Kudus hanya dengan semangkuk soto.

Pada saat itu, daerah Kudus masih kental dengan budaya Hindu. Dari wawancara yang dilakukan BBC pada Ketua Yayasan Masjid Menara Kudus, Sunan Kuduslah yang memberikan anjuran kepada Masyarakat Kudus untuk mengganti penggunaan daging sapi menjadi daging kerbau. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan oleh Sunan Kudus untuk menghargai Umat Hindu. Pasalnya, menurut kepercayaan Hindu, sapi merupakan hewan yang disakralkan karena merupakan kendaraan bagi Dewa Syiwa.

Sikap Sunan Kudus tersebut menggambarkan bahwa Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi toleransi antar agama. Lewat soto ini, hubungan persaudaraan antar umat beragama di Kudus dapat terjalin dengan baik. Dengan rasa persaudaraan yang kuat inilah dapat tercipta suatu masyarakat yang toleran akan perbedaan.

Hingga saat ini, soto Kudus tetap menggunakan daging kerbau. Masyarakat Kudus tetap teguh mempertahankan anjuran yang telah diberikan oleh Sunan Kudus. Hal ini merupakan bukti bahwa anjuran Sunan Kudus ratusan tahun lalu, membawa dampak besar bagi masyarakat Kudus. Toleransi antar umat beragama dapat terus lestari di daerah ini hingga sekarang.

Lestarinya toleransi antar umat beragama di Kudus ini membuat masyarakat Kudus tetap hidup berdampingan di atas perbedaan yang ada di antara mereka. Hal ini merupakan bukti bahwa kadar toleransi suatu daerah akan sejalan dengan perbuatan masyarakat tatkala menyikapi sebuah perbedaan. Sehingga, apa yang ada di Kudus ini sudah sepatutnya dijadikan suatu contoh bagi masyarakat luas. (*)

 

Ditulis oleh:

Mohammad Febryan Khamim

Departemen Matematika

Angkatan 2022

Berita Terkait