ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
03 November 2022, 14:11

HIMASTA-ITS Tingkatkan Kesadaran akan FOMO

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Putu Getsha Pradnyan Rarasati Mudita SPsi memaparkan materi tentang FOMO dalam acara HIMASTA-ITS Mental Health Awareness

Kampus ITS, ITS News — Anak muda, terutama mahasiswa perlu paham atas apa yang menjadi kecemasannya selama ini. Untuk tingkatkan kesadaran akan kesehatan mental dalam lingkungan mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Statistika (HIMASTA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membawa materi fear of missing out (FOMO) dan dampaknya, Sabtu (29/10).

Webinar bertema FOMO: An Overlooked Problem and How to Defeat Them ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajak mahasiswa Departemen Statistika untuk waspada terhadap kesehatan mental yang sering tidak disadari.

Pemateri dalam webinar ini, Putu Getsha Pradnyan Rarasati Mudita SPsi, menjelaskan bahwa FOMO adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa khawatir akan tidak mengetahui atau melewatkan informasi mengenai sebuah peristiwa ataupun topik yang sedang hangat. FOMO berasal dari ketidakbahagiaan seseorang yang selalu fokus pada apa yang dia tidak punya dan berpikir bahwa dia akan bahagia ketika memiliki apa yang orang lain punya.

Perempuan yang kerap disapa Rara ini memaparkan, beberapa contoh dan dampak dari FOMO adalah takut akan ketinggalan berita atau informasi yang menjadikan ia selalu ingin membuka gawainya dan berdampak terhadap ketidaknyamanan psikologis seperti kecemasan dan perasaan kesepian. “Sehingga proses belajar akan terganggu dan menginterupsi produktivitas,” ungkapnya dalam acara HIMASTA-ITS Mental Health Awareness ini.

Rara menyarankan untuk menghindar terlebih dahulu dari media sosial agar bisa fokus terhadap diri sendiri dan bisa merefleksikan kepuasan diri sendiri terhadap bagaimana cara kita menghabiskan waktu. Berinteraksi dengan orang secara langsung juga dapat membantu mengatasi FOMO. Terakhir adalah menyadari momen yang sedang dijalani saat ini dengan tidak berandai-andai kemungkinan lain.

Contoh-contoh dan dampak FOMO yang dipaparkan oleh Putu Getsha Pradnyan Rarasati Mudita SPsi

Rara menyarankan untuk menghindar terlebih dahulu dari media sosial agar bisa fokus terhadap diri sendiri dan bisa merefleksikan kepuasan diri sendiri terhadap bagaimana cara kita menghabiskan waktu. Berinteraksi dengan orang secara langsung juga dapat membantu mengatasi FOMO. Terakhir adalah menyadari momen yang sedang dijalani saat ini dengan tidak berandai-andai kemungkinan lain.

Menyikapi hal tersebut, Rara melanjutkan, perilaku FOMO dapat berujung pada overthinking. overthinking dapat terjadi ketika lebih fokus terhadap masalah, bukan mencari solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Tanda-tanda Overthinking juga dapat dilihat dari pemikiran yang berulang dan berkelanjutan, kecemasan sehingga tidak bisa tidur malam, dan kesulitan untuk membuat keputusan karena ketakutan akan konsekuensi yang terjadi.

Masalah yang sering dipikirkan saat overthinking adalah masalah pribadi, akademik, karir atau pekerjaan, hubungan keluarga, dan hubungan sosial lainnya seperti pertemanan dan percintaan. Menurut Rara beberapa cara untuk menghadapinya yaitu dengan mengatur nafas hingga dapat tenang, melakukan brainstorming akan masalah-masalah yang dihadapi, dan yang terakhir adalah eksekusi mengenai masalah tersebut.

Mengapresiasi peserta webinar yang hadir, Rara mengucapkan, berdiskusi dalam webinar ini merupakan setengah jalan untuk orang mencapai mental yang sehat. Setengah jalannya lagi adalah dengan menerapkan apa yang sudah dibahas. “Semoga yang teman-teman dapatkan disini tidak akan berhenti di kalian dan dapat kalian terapkan sehari-hari,” pungkas Rara dalam webinar ini.(*)

 

Reporter: ion6
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal

Berita Terkait