ITS News

Jumat, 19 April 2024
27 Oktober 2022, 22:10

Melawan Stigma terhadap Difabel

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Seorang penyandang disabilitas (Sumber : aa.com.tr)

Kampus ITS, Opini Pada umumnya, masyarakat hanya mengetahui bahwa difabel adalah orang yang memiliki keterbelakangan. Hal ini seringkali membuat para penyandang disabilitas dipandang sebelah mata. Padahal, setiap penyandang disabilitas bisa memiliki kesempatan yang sama dalam belajar atau bekerja di lingkungan inklusif. 

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah penyandang disabilitas yang cukup besar. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Kementerian Kesehatan RI, terdapat lebih dari 920 ribu masyarakat Indonesia tergolong difabel, mulai dari disabilitas ringan hingga disabilitas berat dan ketergantungan total.

Selama ini, menurut kacamata saya, banyak stigma yang menyebut bahwa penyandang disabilitas cenderung mendapat perlakuan diskriminatif bahkan diremehkan. Mereka kerap mendapat perlakuan yang tidak baik sehingga menimbulkan ragam permasalahan, seperti masalah kesehatan, sosial, dan pendidikan.

Stigma tersebut dapat melahirkan sikap diskriminasi dalam kehidupan sosial, seperti bullying. Masyarakat beranggapan, penyandang disabilitas ialah orang yang tidak mampu melakukan apapun dan selalu membutuhkan bantuan. Mereka menganggap difabel tidak layak mengenyam pendidikan normal, apalagi bekerja seperti orang pada umumnya.

Anggapan lain yang secara tidak langsung mengkotak-kotakan para penyandang difabel adalah mereka harus bersekolah di tempat khusus, bahkan tinggal di panti rehabilitas. Kebanyakan para penyandang disabilitas hanya bisa bekerja di shelter workshop khusus.

Untuk melawan stigma, masyarakat bersama pemerintah perlu membangun pemahaman bersama bahwa penyandang disabilitas bukan seseorang yang memiliki kekurangan. Sementara itu, keluarga dan kerabat di lingkungan difabel perlu menumbuhkan kepercayaan diri penyandang disabilitas. Dukungan, kasih sayang, dan perhatian keluarga yang diberikan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan kepercayaan diri.

Perlu diingat, untuk menghilangkan stigma di masyarakat terhadap para difabel memerlukan kesadaran masing-masing. Ini semua kembali pada nurani kalian masing-masing. Sampai kapan difabel mendapat perlakuan tidak adil? (*)

 

Ditulis oleh:
Nayla Maisun Nur Aqila
Mahasiswi Departemen Statistika
Angkatan 2022
Reporter OJT ITS Online

Berita Terkait