ITS News

Kamis, 25 April 2024
07 Juli 2022, 18:07

Berpelukan dengan Inner Child, Cermin Diri yang Terabaikan

Oleh : itsbya | | Source : ITS Online

Ilustrasi inner child (sumber: psike.id)

Kampus ITS, Opini – Lahir dari pengalaman masa kecil, anak batin atau yang dikenal sebagai inner child merupakan serpihan diri yang tinggal dan mengikuti hingga seseorang dewasa. Bagai dua sisi koin, inner child memiliki sisi positif dan negatif yang kerap disangkutpautkan dengan luka masa lalu. Padahal hakikatnya seseorang hidup dengan orientasi pada masa depan. Lantas, bagaimana ruang luka akibat inner child ini dapat disembuhkan?

Manusia tumbuh dan beranjak dewasa dengan berbagai kondisi dan kejadian-kejadian berbeda yang menyertainya. Menurut seorang edukator dan konselor asal Amerika, John Elliot Bradshaw, inner child bersembunyi di balik permasalahan masa lalu yang belum terselesaikan bahkan setelah bertahun-tahun lamanya hingga seseorang itu telah beranjak dewasa.

Permasalahan kusut ini lantas berkembang menjadi luka yang tidak disadari, seakan terlupakan begitu saja, padahal sebenarnya luka ini akan mengendap di dasar pikiran seseorang. Hal ini diungkap oleh Psikolog Diana Raab, bahwa luka akibat trauma masa kecil akan terus terikat pada alam bawah sadar seseorang dan memberi dampak yang signifikan pada kesehatan mental mereka.

Meskipun lahir dari luka yang tersembunyi, inner child dapat secara langsung memengaruhi pola berpikir dan tingkah laku seseorang. Inner child yang lahir dari ingatan buruk memiliki kemungkinan besar untuk direpresentasikan sebagai tindakan bermasalah. Jika tidak segera disembuhkan, inner child dapat menghambat kehidupan, termasuk jenjang karir di masa depan. 

Menyembuhkan diri dari inner child berarti mengurai benang kusut antar kehidupan masa sekarang dengan masa lalu. Meskipun bukan perkara yang mudah, mengobati luka inner child penting dilakukan untuk mendapatkan keselarasan antara pikiran dan hati. Salah satu metode penyembuhannya adalah melalui proses berdamai dengan pengalaman buruk yang disinyalir menjadi kausa inner child.

Untuk memulainya proses penyembuhan ini, seseorang dengan inner child perlu menerima kenyataan bahwa dirinya pernah terluka di masa lalu. Kenali diri sendiri lalu bangun hubungan baik dengan diri untuk memahami luka yang pernah dialami. Dengan begitu, mereka dapat mencari tahu asal muasal luka yang ada. 

Hal ini mungkin akan terasa menakutkan di awal, karenanya seseorang dengan inner child juga harus meningkatkan kesadaran bahwa sosok kelam inner child membutuhkan dukungan untuk bangkit. Dukungan yang dimaksud bukan sekedar dukungan secara material, melainkan dukungan secara moril dengan cara membangun validasi diri yang baik melalui cinta kepada diri sendiri dan mulai membangun kepercayaan diri. 

Cara lain yang dapat membantu berdamai dan menyembuhkan luka akibat inner child adalah dengan melakukan sesi monolog Ho’oponopono. Metode memaafkan yang berasal dari Hawaii ini mengajak mereka dengan inner child untuk meluangkan waktu sendiri sembari mengucapkan empat mantra penyembuh ajaib. 

Mantra pertama ialah ucapan “Maaf,” pada diri sendiri ketika sedang terluka dan menyimpan emosi negatif. Kemudian mantra “Maafkan Saya,” sebagai permintaan maaf mendalam karena telah mengabaikan inner child di masa lalu. Mantra pengungkap rasa cinta tanpa syarat dengan mengucapkan “Saya Mencintaimu,” serta mantra “Terima kasih, yang mengungkapkan rasa syukur secara mendalam kepada diri sendiri. (*)

Ditulis Oleh:
Zanubiya Arifah Khofsoh
Departemen Teknik Geomatika
Angkatan 2020
Reporter ITS Online

Berita Terkait