ITS News

Jumat, 17 Mei 2024
24 November 2021, 17:11

Susi Pudjiastuti: ITS Perlu Berkontribusi Lebih Banyak Majukan Dunia Maritim

Oleh : itsfer | | Source : ITS Online

DR (HC) Susi Pudjiastuti ketika memaparkan penjelasannya dalam webinar MARINE ICON yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sistem Perkapalan (HIMASISKAL) ITS secara virtual.

Kampus ITS, ITS News Sumber daya kelautan Indonesia yang kaya dan potensial adalah hal yang perlu dimanfaatkan dengan bijaksana untuk kemajuan bangsa. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai perguruan tinggi kemaritiman memiliki peran besar dalam prospek maritim Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh para tokoh maritim bangsa dalam webinar MARINE ICON yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (20/11).

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia periode 2014-2019, Dr (HC) Susi Pudjiastuti. Membuka acara bertajuk When Maritime In Indonesia Get Stronger tersebut,  Susi mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam hal geographic maritime. Namun, kualitas produksi serta pengolahan sumber daya perikanan dan kelautan Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara maju.

Perempuan yang juga menjadi Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti Marine Product ini mencontohkan, sedari awal Indonesia yang sejatinya merupakan negara maritim dan kepulauan tidak dikembangkan sesuai karakteristiknya. Lanjutnya, justru orientasi pembangunan Indonesia berorientasi pada pembangunan di daratan yang hanya mencakup 21% dari total keseluruhan wilayah Indonesia.

Di daratan pun, arahan pembangunannya lebih bersifat eksploitasi, yaitu berorientasi pada komoditas pertambangan. Susi menambahkan, baru pada akhir-akhir ini saja Indonesia mulai berfokus pada agrikultur seperti kelapa sawit serta melakukan hilirisasi produk. “Pemanfaatan SDA yang eksploitatif ini sekarang bahkan diterapkan juga pada sumber daya laut kita,” imbuh wanita kelahiran 1965 ini.

Visi Indonesia menjadi poros maritim dunia yang tertuang pada Perpres No.16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Laut Indonesia.

Bukan tanpa alasan, Susi menjelaskan bahwa saat ini terdapat sebelas Wilayah Pengolahan Perikanan (WPP) Indonesia yang dikelola dengan sistem konsesi. Menurutnya sistem ini sama saja dengan komoditas tambang Indonesia yang dikelola secara ekspoitatif. Maka dari itu, Susi beranggapan bahwa perlu ditegakkan kedaulatan laut Indonesia agar masyarakat Indonesia dapat menikmati hasil lautnya sendiri.

Menurut Susi, jika kebijakan tidak segera dirubah, maka sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan sulit bersaing dalam bidang maritim karena proses perizinan dan aturan yang rumit. Lanjutnya, untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah dapat memberikan insentif bagi anak muda yang ingin terjun dalam dunia maritim, utamanya sektor perikanan. “Kalau bisa kita anggarkan juga dana untuk membuat kapal ikan buatan sendiri,” imbuhnya.

Oleh karena itu, ia beranggapan bahwa kebijakan impor kapal Indonesia harus dihentikan mulai sekarang. Menurutnya, SDM Indonesia sudah mumpuni untuk membuat kapal sendiri, tetapi mereka terkendala dukungan dari pemerintah. Lanjut Susi, sekarang adalah saat dimana Indonesia dapat mandiri dalam bidang industri kapal. “Ini yang perlu ITS lakukan, bilang kita bisa kok buat kapal sendiri, kita bisa berdaulat,” tuturnya.

Susi menerangkan, kedaulatan yang dimaksud adalah kedaulatan dalam memanfaatkan sumber daya Indonesia sendiri tanpa adanya intervensi negara asing. Setelah kedaulatan tercapai, maka yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah aspek keberlanjutan, yaitu bagaimana sumber daya laut Indonesia dapat dinikmati untuk generasi mendatang. “Intinya kebijakan kita harus berlandaskan kedaulatan dan keberlanjutan,” jelas Susi.

Peran aktif pemuda untuk mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa seperti yang tertuang dalam UU No.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan.

Selaras dengan pernyataan Susi, Kaisar Akhir SIK MSc MBA, pendiri sekaligus Ketua Umum dari Maritim Muda Nusantara menerangkan, sektor maritim utamanya perikanan memiliki peranan sangat penting dalam memperkuat ekonomi Indonesia, mengingat banyak masyarakat pesisir yang penghidupannya bergantung pada sumber daya laut. “Potensinya besar sekali karena terdapat 64,7 juta penduduk yang tinggal di pesisir,” sambungnya.

Kaisar menjelaskan, memperkuat sektor kemaritiman dapat dilakukan dengan melaksanakan ekonomi biru. Ekonomi biru sendiri merupakan pemanfaatan sumber daya kelautan yang tetap memperhatikan pengelolaan berkelanjutan serta konservasi laut. “Untuk mewujudkan hal ini, pemuda memiliki peranan penting dalam penerapannya,” tutur alumnus World Maritime University Swedia ini.

Selain ekonomi biru, pemuda dan revolusi industri 4.0 juga saling berkaitan dalam mewujudkan ketahanan ekonomi. Ketiga komponen ini disebut dengan Pemuda Ekonomi Biru 4.0, dimana pada ketiganya terdapat sinergi antara satu dengan lainnya. “Pemuda Ekonomi Biru 4.0 ini diharapkan mampu menghadapi tantangan-tantangan yang terdapat di Indonesia terutama pada sektor maritim,” jelasnya.

Kaisar Akhir SIK MSc MBA ketika memaparkan mengenai konsep Pemuda Ekonomi Biru 4.0.

Menegaskan kembali pernyataannya, Susi mengungkapkan bahwa anak-anak muda, khususnya mahasiswa ITS yang menekuni dunia kemaritiman, agar berani masuk ke dalam birokrasi dan menegakkan nilai kedaulatan dalam dunia maritim Indonesia. “Kalau kita tidak berdaulat, kita hanya akan jadi tukang dan jika seperti ini terus Indonesian will only be seamen,” tegasnya menggarisbawahi.

Menutup pemaparan, Susi berharap bahwa visi Indonesia poros maritim dunia tahun 2045 akan benar-benar terwujud dengan peran para pemuda di dalamnya. Sehingga, di masa depan Indonesia dapat menjadi titik tolak aktivitas kemaritiman menuju berbagai sudut dunia. “Bangsa Indonesia bukanlah ditakdirkan menjadi seorang seamen, tetapi sejatinya kita adalah lord of the sea,” pungkasnya mantap. (*)

Reporter: Ferdian Wibowo

Berita Terkait