ITS News

Kamis, 25 April 2024
28 Oktober 2021, 23:10

Kendaraan Bermotor semakin Merajalela, Akankah Indonesia bisa Bebas?

Oleh : itsmeg | | Source : ITS Online

Ilustrasi transportasi umum (Sumber: freepik.com)

Kampus ITS, Opini – Mobilitas sejatinya adalah kebutuhan hidup manusia setiap harinya. Terus menerus bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kendaraan bermotor menjadi solusi yang banyak digemari. Namun, bagaimana masa depan nanti ketika mesin beroda ini terus merajalela?

Pemandangan lalu lalang kendaraan bermotor sudah menjadi asupan sehari-hari. Kepulan asap knalpot di pagi hari, menjadi penanda bahwa setiap individu sudah memulai rutinitasnya. Dari pergi bekerja, berangkat kuliah, maupun hanya sekedar pergi ke pasar untuk membeli sarapan. Tentu dengan bantuan kendaraan bermotor, aktivitas setiap harinya akan lebih ringan dan cepat.

Namun, pernahkah kalian berpikir seberapa banyak kendaraan bemotor yang kita lihat setiap harinya di jalan raya? Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2019 jumlah kendaraan motor di Indonesia melebihi 133 juta unit. Bahkan menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil penumpang telah mencapai 406.928 unit selama tahun 2021. Sepeda motor pun tidak mau kalah dengan telah terjual sebanyak 470.065 unit sepanjang Agustus 2021.

Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan target pasar menggiurkan bagi para produsen kendaraan bermotor di luar sana. Cepat atau lambat, dampak negatif dari banyaknya kendaraan bermotor akan mulai dirasakan, hingga terbesit suatu pertanyaan. Akankah jumlah kendaraan bermotor terus bertambah hingga jalanan tak lagi mampu menahan seluruh beban di atasnya?

Pesatnya penambahan jumlah kendaraan bermotor khususnya milik pribadi tak mungkin tanpa sebab. Masyarakat membutuhkan transportasi yang efisien, praktis, dan tentunya murah. Oleh karenanya, kendaraan pribadi menjadi pilihan karena dapat menunjang mobilitas yang tinggi. Meskipun begitu, jika jumlah kendaraan pribadi terus melonjak setiap tahunnya, mobilitas akan terhambat karena kemacetan akibat volume kendaraan yang tinggi.

Saat ini, pemerintah harusnya mulai mempersiapkan berbagai rencana untuk memperbaiki sistem transportasi, utamanya di kota-kota besar dengan tingkat kemacetan tinggi. Perlu diingat, transportasi tidak hanya sebatas harus nyaman saja, tetapi juga harus berkelanjutan. Segala dampak yang ditimbulkan seperti emisi kendaraan, penggunaan bahan bakar, tingkat keamanan, dan lainnya tidak boleh sampai menimbulkan dampak negatif bagi generasi mendatang.

Pemerintah saat ini mengupayakan usaha terbaiknya untuk mengubah paradigma buruk transportasi umum dengan menyediakan layanan yang nyaman, aman, dan terintegrasi. Beberapa diantaranya adalah Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT), Teman Bus, dan sebagainya yang hingga kini masih terus dikembangkan, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Sayangnya, kenyamanan dan kemajuan fasilitas transportasi tersebut mungkin hanya dapat dirasakan di kota-kota besar. Penduduk kota-kota kecil hanya bisa takjub dengan kemajuan transportasi melalui layar kaca. Kota-kota pinggiran hanya ada angkot dengan kualitas sekadarnya, miris. Tentu membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.

Jika pemerataan fasilitas tidak segera dilakukan, Indonesia mungkin tidak akan pernah bebas dari kendaraan motor pribadi. Tak ada yang tahu kapan kemajuan teknologi transportasi bisa dirasakan masyarakat di kota kecil. Mungkin membutuhkan waktu puluhan tahun lamanya bagi masyarakat Indonesia untuk bisa merasakan fasilitas yang sama dan seimbang dengan kota metropolitan.

Akan tetapi, harapan tentu harus tetap ada. Perlahan-lahan namun pasti penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi akan ditinggalkan sejalan dengan meningkatnya fasilitas transportasi umum. Meskipun tak banyak, masih ada cukup waktu bagi kita untuk menciptakan masa depan yang layak bagi generasi mendatang.

 

Ditulis oleh:

Megivareza Putri Hanansyah

Mahasiswa Departemen Teknik Geomatika ITS

Angkatan 2019

Reporter ITS Online

Berita Terkait