ITS News

Selasa, 23 April 2024
27 Juni 2021, 20:06

Terdampak Pandemi, Industri Migas Harus Mulai Berinovasi

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

AVP Upstream Asset di PT Petrogas Jatim Utama Buyung Afrianto MSc CEng mengenalkan inovasi dalam industri hulu migas.

Kampus ITS, ITS News – Kondisi pandemi Covid-19 menuntut industri minyak dan gas (migas) untuk turut beradaptasi. Melihat ini, industri migas mulai gencar melakukan berbagai inovasi demi mempertahankan eksistensinya di persaingan global.

Dalam mengatasi dampak pandemi, AVP Upstream Asset PT Petrogas Jatim Utama, Buyung Afrianto MSc CEng mengungkapkan dunia migas dapat mempercepat digitalisasi di industri upstream. Menurut Buyung, langkah konkret menuju hal tersebut ialah menggunakan digital twins, predictive dan analytics, Artificial Intelligence (AI), serta menerapkan Internet of Things (IoT). “Sehingga manusia yang terlibat dapat berkurang dan mobilitas di lapangan pun menjadi minim,” ujarnya.

Dalam pandemi seperti ini, menurut Buyung, akan ada industri dengan peluang gagal tinggi dan ada industri yang justru dapat menjadi pemenang. Di kasus ini, industri migas berpeluang menjadi industri yang masih memungkinkan bertahan. Saat 2020 lalu, ia mengungkapkan, permintaan pasar sempat menurun. “Akibatnya, penyimpanan migas penuh dan harga sempat jatuh,” tutupnya.

Potential losers dan potential winners sebagai bentuk dari dampak pandemi bagi industri.

Sementara itu, CEO PT Abirama Prinsipa Indonesia, Mokhamad Nasyih Aminullah ST berpendapat bahwa pandemi tidak terlalu memengaruhi industri gas alam cair (LNG) akibat terikat kontrak kerja jangka panjang. Lebih dalam, Nasyih mengungkap, harga gas berbanding lurus dengan Produk Domestik Bruto (GDP) suatu negara. “Sehingga harga gas baru turun ketika GDP di negara tersebut turun,” jelas alumnus Teknik Kelautan ITS tersebut.

Chief Executive Officer (CEO) PT Abirama Prinsipa Indonesia Mokhamad Nasyih Aminnulloh ST menjelaskan mengenai kebutuh LNG di Indonesia pada tahun 2020.

Di Indonesia, GDP sempat menurun pada 2020 sehingga harga gas sempat menurun. Nasyih melanjutkan, keadaan tersebut diperburuk lantaran Indonesia mulai kehilangan peran untuk ekspor LNG dan akan memasuki fase impor. Oleh karenanya, pemuda ini menyarankan jika pemerintah perlu memperkuat pembangunan infrastruktur migas. “Untuk kebutuhan jangka panjang, infrastruktur yang memadai akan memperkuat industri migas di kala krisis,” pungkasnya dalam gelar wicara OCEANO 2021, Sabtu (5/6). (*)

Reporter: Faqih Ulumuddin
Redaktur: Muhammad Faris Mahardika

Berita Terkait