ITS News

Selasa, 23 April 2024
10 April 2021, 09:04

Tuai Inspirasi dari Wisudawan Bidikmisi Terbaik ITS

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Potret Muhammad Ziaul Arif, wisudawan bidikmisi terbaik dalam gelaran wisuda ITS ke-123

Kampus ITS, ITS News – Sejatinya, keterbatasan ekomoni bukanlah penghalang seseorang untuk menempuh pendidikan. Muhammad Ziaul Arif, mahasiswa Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) suskes membuktikan wejangan ini. Mengantongi dukungan dan kepercayaan dari orang tuanya, ia berhasil menyandang predikat mahasiswa bidikmisi terbaik dalam gelaran wisuda ke-123 ITS, Sabtu (10/4).

Arif, rekan-rekannya menyapa, adalah anak yang lahir di keluarga sederhana. Orang tuanya bekerja dengan menggarami ikan yang dibelinya untuk dijual kembali. Hal ini dijalani orang tua Arif setiap hari guna menghidupi dan menyekolahkan keenam anaknya. “Sebelumnya, ayah saya adalah seorang nelayan. Tapi akhirnya, perahunya terpaksa dijual untuk pendaftaran sekolah kakak saya,” ujar mahasiswa penyandang cumlaude dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,76 tersebut.

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), mahasiswa asal Tuban ini memang terbiasa melaut bersama ayahnya. Tumbuh di lingkungan nelayan yang tidak asing dengan mesin penggerak perahu, membuat Arif tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang permesinan. Hal itulah yang mengawali keputusannya untuk memilih teknik mesin sebagai studi perkuliahan yang akan ditempuhnya.

Bermodal motivasi tinggi, bukan berarti jalan yang ditempuh tanpa hambatan. Arif mengenang, saat awal hendak berkuliah, ia harus menelan pahitnya tertolak Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Arif yang kala itu berlatar belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), harus banyak mengejar teori untuk tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) menggunakan jalur bidikmisi. “Tidak ada les. Pulang sekolah saya langsung bantu orang tua melaut, malam harinya baru bisa belajar,” terangnya.

Usaha tidak mengkhianati hasil. Arif resmi menjadi salah satu mahasiswa kampus perjuangan ini pada 2017 lalu. Meski demikian, situasi yang rumit masih saja menjeratnya. Kenyataan bahwa fasilitas dan dana yang dimilikinya terbatas, harus ia telan dan hadapi sembari menuntaskan perkuliahannya. Terlebih, pada semester 7 yang sekaligus menjadi semester terakhirnya sebagai mahasiswa sarjana di ITS, Arif harus bolak-balik pergi Surabaya-Tuban setiap minggu untuk membantu pekerjaan orang tuanya.

Terkadang, kewajibannya ini berdampak pula pada kerelaannya untuk melepas kesempatan proyek dan lomba yang berdatangan. Padahal, selain untuk memuaskan kegemarannya dalam bereksperimen, proyek dan lomba adalah sumber Arif untuk mendapat penghasilan tambahan selama menetap di Surabaya. Arif sadar, ia harus mengatur waktu dengan baik untuk menyelesaikan skripsi yang tenggat waktunya semakin dekat. “Saya sempat nunggak kos tiga bulan karena tidak ada pemasukan dari proyek,” kenang lelaki yang hobi bermain sepak bola ini.

Namun, Arif tidak pernah menjadikan keterbatasannya ini sebagai alasan untuk menyalahkan keadaan. Dukungan orang tuanya untuk pendidikan sang anak sudah cukup membuatnya merasa beruntung. “Orang tua saya tidak pernah menuntut apapun. Mereka selalu berpesan agar kuliah dengan sungguh-sungguh,” ucapnya.

Muhammad Ziaul Arif (duduk di sisi kanan) bersama tim Anargya saat mengikuti Formula SAE Japan 2019

Mensyukuri segala kesempatan yang ia punya, Arif pun aktif di berbagai perlombaan dan proyek selama berkuliah di ITS. Salah satu proyek terbesarnya adalah pengembangan inovasi di bidang Energi Baru dan terbarukan (EBT) dalam Kompetisi Sobat Bumi (KSB) 2020 yang diselenggarakan oleh PT Pertamina. Dalam kompetisi tersebut, desain dan purwarupa pembangkit listrik untuk sebuah desa di Kalimantan yang dirancangnya bersama tim, berhasil meraih nominasi tim terfavorit.

Tidak hanya itu, rasa syukurnya ini juga mengantarkan Arif untuk bergabung dalam Anargya, tim mahasiswa ITS yang berfokus pada pengembangan mobil listrik formula. Bersama timnya, Arif sukses mengharumkan nama ITS di kancah balap mobil listrik internasional, Formula Society Automotive Engineer (FSAE) Japan tahun 2019 silam.

Di samping sibuknya perkuliahan, organisasi dan perlombaan, lelaki yang bertekad untuk melanjutkan studi magister ini menegaskan, menyejahterakan orang tua adalah motivasi terbesar yang ia jadikan pegangan hidup. Lucunya, dalam rangka memberikan kejutan spesial, Arif tidak memberi tahu orang tuanya jika ia berhasil lulus dengan predikat cumlaude. “Semoga kesenangan orang tua saya jadi berkali-kali lipat saat Pak Rektor menyebut nama saya di wisuda,” ucap Arif sambil tersenyum. (*)

Reporter : Difa Khoirunisa

Redaktur : Akhmad Rizqi Shafrizal

Berita Terkait