ITS News

Jumat, 19 April 2024
16 Desember 2020, 18:12

Bantu Keseimbangan Iklim, Tim Antasena ITS Buat Perangkat Pereduksi CO2

Oleh : itsmis | | Source : ITS Online

Desain ASCON, alat yang pereduksi karbondioksida (CO2) pada emisi skala rumah tangga garapan Tim Antasena ITS

Kampus ITS, ITS News – Meningkatnya konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer menyebabkan pemanasan global yang berdampak pada keseimbangan iklim bumi. Menghadapi permasalahan ini, Tim Antasena dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan solusi dengan merancang alat-alat untuk mereduksi emisi CO2 yang diberi nama Adsorption, Separation of CO2, O2 and N2 (ASCON) dan Utilization CO2 to Methane (UCM).

Tim Antasena sendiri adalah tim besutan ITS yang berfokus dalam melakukan riset dan pengembangan mobil hidrogen. Namun kali ini tak melulu soal riset mobil, tim yang menjadi langganan juara di berbagai kompetisi nasional dan internasional ini juga sukses membuktikan kemampuan mereka melalui riset karya ilmiah.

Kepala Pusat Penelitian Material dan Teknologi Nano ITS sekaligus dosen pembimbing Tim Antasena, Dr Agung Purniawan ST M Eng menjelaskan bahwa seiring dengan bertambahnya usia bumi, kadar gas CO2 juga turut meningkat. “CO2 biasanya ditemui pada gas buang kendaraan bermotor hingga gas emisi rumah tangga,” papar Agung.

Untuk mengurangi CO2 pada emisi skala rumah tangga, Tim Antasena usung ASCON yang memiliki sistem separator untuk mengkonversi CO2 menjadi gas yang memiliki nilai jual seperti oksigen (O2), nitrogen (N2) dan juga metana (CH4). “ASCON lahir dari hasil pengembangan ide awal hasil diskusi dosen pembimbing dengan Tim Antasena angkatan 2017,” ungkap Agung.

(dari kiri) Gilang Maulana Alif, Ahmad Fahmi Prakoso, Ario Bhismo Nugroho, Rikza Oktavian Pratama, dan Risa Wahyu Widyastuti selaku perwakilan Tim Antasena ITS

Menurut Agung, alat yang sukses membawa pulang medali emas dalam World Invention and Technology Expo (WINTEX) 2020 ini bekerja dengan menyerap emisi rumah tangga melalui exhaust fan. Emisi yang diserap tersebut kemudian disimpan pada tangki penyimpanan.

Selanjutnya, imbuh Agung, emisi gas dalam tangki penyimpanan dihisap oleh kompresor menuju mesin separator ASCON yang dapat memisahkan gas-gas menjadi N2, H2O dan CO2. “Gas CO2 yang sudah dipisahkan akan diproses oleh reaktor menghasilkan CH4,” jelas dosen kelahiran 1976 tersebut.

Untuk mengurangi polusi CO2 yang dihasilkan oleh gas buang kendaraan bermotor, Tim Antasena merancang alat bernama UCM yang manfaatkan reaksi kimia untuk mengubah CO2 menjadi gas metana yang memiliki nilai ekonomis, “UCM juga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran kendaraan,” jelas dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini.

Untuk cara kerjanya sendiri, lanjut Agung, alat yang juga berhasil kantongi medali perunggu dalam WINTEX 2020 ini menyalurkan gas hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor ke konverter katalitik. Konverter katalitik mengubah polutan pada gas buangan menjadi polutan yang tidak terlalu beracun melalui reaksi oksidasi dan reduksi.

Desain UCM, alat pengurang polusi CO2 yang dihasilkan oleh gas buang kendaraan bermotor buatan Tim Antasena ITS

Setelahnya, gas yang telah diubah akan direaksikan untuk memperoleh metana. “Sebagian gas yang telah diubah tadi diinjeksikan kembali ke mesin pembakaran sedangkan gas yang tidak berguna dikeluarkan melalui knalpot,” terang Agung lebih lanjut.

Dalam proses pembuatan alat, Tim Antasena melakukan inisiasi dengan studi literatur dari riset-riset terdahulu yang kemudian dilanjutkan dengan perancangan bentuk tiga dimensi. Puncaknya, alat diuji dalam simulasi perangkat lunak untuk melihat kelayakannya. Banyak tantangan yang muncul, terutama dalam kondisi pandemi. “Untuk mengatasinya, tim harus meningkatkan koordinasi dan disiplin mereka,” ujar Agung.

Sebagai sumber energi masa depan, hidrogen memiliki potensi yang besar di masa depan. Agung berharap ide serta rancangan alat dari Tim Antasena ini dapat direalisasikan dan terus dikembangkan dalam lingkup yang lebih luas lagi. “Semoga inovasi kami dapat menjadi solusi untuk mengurangi tingkat pemanasan global di Indonesia,” pungkas lelaki asal Tulungagung ini. (rys/HUMAS ITS)

Berita Terkait