ITS News

Sabtu, 20 April 2024
25 Juni 2020, 10:06

Gandeng Ubhara, Dosen ITS Kembangkan Produk Unggulan Terasi Rebon

Oleh : itschi | | Source : ITS Online

Produk Terasi Rebon yang dikemas dengan apik menggunakan teknologi tinggi Tray Dryer

Kampus ITS, ITS News – Prestasi gemilang kembali diraih Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui hasil kolaborasi salah satu dosen ITS, Dr Soehardjoepri MSi yang dilakukan dengan Universitas Bhayangkara Surabaya (Ubhara). Ia berhasil mengembangkan olahan hasil laut yakni terasi rebon yang berdaya saing tinggi dengan menggunakan teknologi Tray Dryer.

Pada awalnya, dosen yang akrab disapa Djoepri ini menggali potensi yang dimiliki setiap daerah untuk mendapatkan produk unggulan. Bersama pihak Ubhara, Djoepri akhirnya menetapkan Desa Karang Agung, Kecamatan Palang Tuban, Jawa Timur sebagai tempat pengembangan riset karena dinilai memiliki potensi terasi yang sangat baik. “Kami melihat produk terasi di Tuban berkualitas tinggi sehingga kami berupaya untuk mengembangkan terasi-terasi tersebut dengan teknologi tinggi,” tutur laki-laki berdarah Jember ini .

Djoepri menambahkan, sebagai wakil ITS, dirinya berperan dalam hal pengembangan teknologi. Salah satu teknologi yang dimanfaatkan adalah Tray Dryer, yaitu sejenis pengering rak atau pengering kabinet yang dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta. Hal ini dilakukan dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki yang langsung berhubungan dengan media pengering.

Sedangkan Ubhara lebih berperan dari sisi non teknologi, seperti manajemen ekonomi dan personalia. “Dengan begitu, terasi yang umumnya hanya diproduksi secara konvensional dapat menjadi terasi modern yang dapat bersaing dengan produk lainnya hingga tingkat internasional,” ujar dosen yang menamatkan pendidikan doktornya di ITS tersebut.

Djoepri mengaku telah bekerja sama dengan Ubhara sejak 2016. Namun program ini baru berjalan sejak 2019 silam dan direncanakan akan berakhir pada 2021. Pada tahun pertama, dirinya bersama Ubhara lebih memfokuskan pengembangan dalam hal pendirian usaha, pemantapan hasil kemasan, hingga melakukan proses produksi secara konvensional.

Gambaran proses produksi terasi

Tepat di tahun kedua, yakni tahun ini, lanjut Djoepri, penelitian terkendala oleh pandemi Covid-19 yang mewabah dan tak kunjung reda. Meski begitu, diskusi dan penelitian dapat terus berlanjut melalui web-seminar (Webinar) yang ada. “Kami tidak memiliki kendala yang berarti, hanya saja di tahun ini kami perlu menargetkan bagaimana proses pemasaran yang akan kami buat,” ungkap Dosen Departemen Sains Aktuaria tersebut saat dihubungi melalui pesan suara.

Meskipun dalam proses pembuatannya tak jauh berbeda dari terasi pada umumnya, namun Djoepri menjelaskan bahwa terasi yang diberi sentuhan teknologi ini memiliki keunikan dari segi rasa dan kemasan yang lebih apik serta beragam. Hal-hal itulah yang diharapkan Djoepri dapat mengenalkan terasi lebih luas lagi. Tak hanya di lingkup Jawa ataupun Indonesia saja, tetapi juga dapat dikenal hingga negara lain.

Sebelumnya, ITS sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) telah lama menjalin mitra dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di seluruh Indonesia, salah satunya Ubhara. Tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan mutu penelitian. “Ketika saya melakukan riset bersama dengan Ubhara dan mengajukan Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) ini, rupanya disetujui oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti),” kenangnya.

Di akhir wawancara bersama Tim ITS Online, Djoepri turut mengajak masyarakat Indonesia untuk menggali potensi yang dimiliki tiap daerah dan memanfaatkannya dengan melakukan kolaborasi positif lainnya. “Sehingga potensi-potensi yang ada di daerah kecil dapat terangkat ke dunia luar dan bisa dikembangkan dengan lebih baik,” pungkasnya penuh harap. (chi/lut)

Varian roduk unggulan daerah Tuban terasi rebon

Berita Terkait