ITS News

Jumat, 19 April 2024
08 Mei 2020, 17:05

Tambahkan Fitur, ITS dan RSUA Luncurkan RAISA Generasi Terbaru

Oleh : itsmis | | Source : -

Jajaran pimpinan ITS, RSUA dan Tim Robot ITS setelah memperkenalkan RAISA ICU dan HCU di Gedung Pusat Robotika ITS

Kampus ITS, ITS News – Melanjutkan kolaborasi dalam pengembangan robot untuk menggantikan tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menambahkan berbagai fitur kepada dua unit Robot Medical Assistant ITS – Airlangga (RAISA). Kedua robot RAISA generasi terbaru ini resmi diperkenalkan di Gedung Pusat Robotika ITS, Jumat (8/5).

Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menjelaskan bahwa dua robot ini masing-masing akan bekerja pada ruang Intensive Care Unit (ICU) dan High Care Unit (HCU). “Robot ini memiliki karakteristik teknis yang disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing ruangan,” jelasnya.

Ruang ICU berisi pasien yang berada dalam keadaan pasif sampai tidak sadarkan diri. Sehingga RAISA yang bekerja di ruang ICU akan berfokus pada pengamatan dan monitor kondisi vital pasien. Sedangkan di ruang HCU, di mana pasien masih bisa berinteraksi dengan robot, RAISA memiliki fitur komunikasi seperti sebelumnya dan fitur tambahan untuk melakukan sensor denyut jantung, infus, dan saturasi oksigen.

Rektor ITS Prof Mochamad Ashari saat mencoba sensor suhu badan yang ada di robot RAISA HCU

Salah satu tim peneliti RAISA, Rudy Dikairono ST MT melanjutkan, untuk RAISA ICU fitur kamera yang sebelumnya sudah ada digantikan dengan kamera yang memiliki resolusi lebih tinggi guna memantau kondisi pasien secara langsung. Kamera ini memiliki fitur Pan-tilt-zoom (PTZ) yang memungkinkannya untuk berputar 360 derajat seperti kamera surveillance. “Kamera ini kita beli kemudian dimodifikasi penempatan dan kontrolnya agar bisa terhubung ke joystick yang ada di ruang operator,” paparnya.

Sedangkan untuk ruang HCU, RAISA ditambahkan beberapa sensor untuk suhu dan kadar oksigen. Sensor ini sudah menggunakan IoT dan akan dibuatkan database di server, sehingga masing-masing pasien memiliki datanya tersendiri.

Rektor ITS Prof Mochamad Ashari saat mencoba sensor suhu badan yang ada di robot RAISA HCU

Kedua RAISA ini juga memiliki proximity sensor (sensor jarak) yang akan mendeteksi benda yang menghambat atau menghalangi jalannya robot. Jika ada halangan, RAISA akan memberikan peringatan suara dan akan ada juga peringatan di layar monitor operator. “Sensor ini bisa mendeteksi sampai jarak tiga meter, namun akan berhenti jika hambatan berjarak 50-75 centimeter,” jelas dosen Teknik Elektro ini.

Selain itu, Rudy dan timnya mengembangkan pintu otomatis yang akan membukakan jalan kepada RAISA. Ruang isolasi terbagi menjadi tiga ruangan yaitu ruang bersih, ruang antara, dan ruang infeksi. Pintu otomatis akan dipasang untuk menghubungkan ruang antara dengan ruang infeksi, di mana pasien dirawat. “Pintu yang awalnya manual akan dimodifikasi, sehingga pintu bisa dibukakan melalui ruang operator, dan sudah terintegrasi dengan software robot,” tambahnya.

Kamera PTZ 360 yang berada di Robot RAISA ICU

Robot yang akan menjalankan finalisasi selama tiga sampai lima hari ini dikembangkan oleh tim robot ITS dengan koordinator utama Rudy Dikairono ST MT, Muhtadin ST MT, Ahmad Zaini ST MSc, Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT, dibantu dengan mahasiswa dari Departemen Teknik Mesin, Teknik Informatika, dan Teknik Elektro Otomasi.

Direktur Utama RSUA Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM menyatakan bahwa fitur-fitur tambahan ini sangat membantu para tenaga medis dalam menjalankan tugasnya. “Dengan adanya fitur ini, diruang ICU kita bisa mengamati denyut jantung, jenis infus, jumlah tetesan infus, produksi urin, dan saturasi oksigen. Di ruang HCU kita juga bisa mengukur suhu pasien, juga bisa berinteraksi dengan pasien,” terangnya.

Sensor heartbeat atau detak jantung yang ada di Robot RAISA HCU

Dokter yang akrab disapa Nasron ini menyatakan rasa syukurnya atas apa yang telah dicapai dari kolaborasi antara ITS dengan RSUA. Dengan adanya RAISA, maka interaksi antara tenaga medis dengan pasien secara langsung akan berkurang sehingga menurunkan risiko tertular Covid-19. “Selain bisa membantu tenaga medis dalam bekerja, kita juga bisa mengurangi kebutuhan APD yang jumlahnya terbatas, pasien juga bisa lebih banyak beristirahat sehingga mengurangi stress dan mempercepat proses penyembuhan,” ungkapnya.

Untuk ke depannya, dokter kelahiran 1956 ini berharap teknologi modern karya anak bangsa seperti robot pembantu tenaga medis ini bisa dilakukan produksi nasional, dan digunakan di berbagai rumah sakit di Indonesia. “Sehingga kita bisa mengurangi impor teknologi dari luar negeri, dan juga para tenaga medis bisa bekerja dengan aman,” tuturnya. (ri/HUMAS ITS)

Berita Terkait