ITS News

Rabu, 24 April 2024
30 April 2020, 21:04

Kejujuran sebagai Pemutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19

Oleh : | | Source : ITS Online

Ilustrasi Coronavirus

Kampus ITS, Opini –  Barangkali bulan April lekat di ingatan kita sebagai bulan kebohongan. Sebab di bulan ini, April Mop atau April Fool’s Day kerap diperingati. Di bulan ini pula, setiap orang dengan bebas melakukan kebohongan, tanpa merasa bersalah ataupun disalahkan. Terlepas dari hal tersebut, tahukah kamu bahwa tanggal 30 April diperingati sebagai Hari Kejujuran Nasional?

Ada putih maka ada hitam. Kedua sisi yang tak sejalan namun nyatanya bersinggungan dalam kehidupan. Setidaknya, begitulah yang dipercaya M Hirsh Goldberg, seorang penulis dan mantan juru bicara pemerintah Maryland, Amerika Serikat. Usai melakukan riset selama empat tahun untuk bukunya yang berjudul The Book of Lies, Goldberg mengusulkan agar tanggal 30 April diperingati sebagai Hari Kejujuran Nasional di Negeri Paman Sam.

Bukan tanpa alasan, menurutnya Hari Kejujuran diperlukan sebagai penetral dan penyeimbang sisi negatif April Mop. Hari Kejujuran pun lantas tidak dimaknai semata-mata bahwa jujur hanya perlu dilakukan di satu hari saja. Justru, dengan adanya peringatan ini bisa membiasakan karakter jujur hingga hari-hari sesudahnya. Kendati peringatan ini tidak mendapat euforia yang sama di tanah air, mari sedikit menanya, apa kabar kejujuran di Indonesia?

Beberapa waktu lalu, jagad media Indonesia kembali digegerkan oleh pemberitaan terkait pandemi Covid-19. Salah satu topik mengenai ketidakjujuran mencuat dan membuat warganet geleng-geleng kepala. Dilansir dari kompas.com, disebutkan sebanyak 53 tenaga medis di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta musti melakukan tes swab. Penyebabnya lantaran ada keluarga pasien positif Covid-19 yang tidak jujur mengenai riwayat kontaknya. Alhasil, 53 tenaga medis tersebut pun harus menjalani isolasi mandiri sembari menunggu hasil tesnya keluar. Jumlah itupun diperkirakan masih bisa bertambah

Dilaporkan, sejumlah pasien berlaku tidak jujur ketika dimintai keterangan mengenai riwayat kontak dan riwayat perjalanan oleh petugas medis. Alih-alih mengatakan yang sebenarnya dan bersifat kooperatif, beberapa pasien justru memilih berdusta. Walhasil, puluhan dokter dan petugas medis harus melakukan tes swab dan menjalani masa isolasi. Tak sedikit pula yang hasil tesnya positif dan menyebabkan garda pertahanan terakhir kita ketakutan setengah mati.

Hal serupa pun terjadi di banyak kota lain di Indonesia, dan membuat fenomena ini viral seketika di berbagai sosial media. Tak dapat dipungkiri, ketidakjujuran pasien itu merupakan akibat dari stigmatisasi yang terlanjur melekat buruk pada pasien positif Covid-19. Stigma tersebut tentu saja lahir karena adanya rasa cemas berlebih di tengah-tengah masyarakat.  Namun, berlaku tidak jujur pada petugas medis tetap bukanlah tindakan yang bisa dibenarkan.

Cuitan salah satu warganet mengenai ketidakjujuran pasien di media sosial

Melalui fenomena ini, terbukti bahwa degradasi kejujuran menuntun pada petaka. Di tengah pandemi seperti ini, kejujuran mendadak menjadi barang langka nan mahal nilainya. Bahkan bisa jadi di tengah gentingnya dunia saat ini, kejujuran menjadi salah satu pemutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Oleh karena itu, berbarengan dengan Hari Kejujuran, mari biasakan diri sendiri untuk untuk senantiasa berlaku jujur. Berbarengan dengan tibanya bulan suci Ramadhan, mari niatkan segala yang kita lakukan didasari kejujuran dan kebaikan. Dan meski berbarengan dengan berlangsungnya pandemi di seluruh penjuru negeri, jadikan momentum ini sebagai kesempatan merefleksi diri. Bahwa waspada tetap perlu, namun tidak dengan kecemasan berlebih.

Bersama, mari hilangkan stigma pasien Covid-19 dan bantu minimalisir ketidakjujuran. Yang sepatutnya dihindari adalah virusnya, bukan orangnya. Dukung para pasien, tenaga medis, dan keluarga mereka dengan perlakuan adil dan tidak semena-mena. Karena jika semakin banyak tenaga medis terinfeksi atau bahkan gugur akibat ketidakjujuran pasiennya, lantas siapa yang akan menggantikan tugas mereka?

 

Ditulis oleh:

Tiara Hikmata Billah

Mahasiswa S1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Angkatan 2019

Reporter ITS Online

Berita Terkait