Hari Valentine sebagai hari untuk mengungkapkan cinta kepada orang terkasih.
Kampus ITS, Opini – 14 Februari acap kali dimaknai sebagai Hari Kasih Sayang dan dianggap tanggal cantik. Hampir seluruh umat di penjuru dunia merayakan dengan rasa peduli dan cinta kepada orang-orang terkasih. Keluarga atau pasangan, misalnya. Namun mirisnya, dewasa ini, makna Hari Kasih Sayang atau yang lebih dikenal sebagai Hari Valentine telah mengalami pendangkalan makna.
Sah-sah saja jika ingin memproklamirkan hari ini dengan bumbu-bumbu penuh cinta. Tetapi nyatanya, berbagai penyimpangan terjadi. Hari Valentine kini menyimpan banyak sisi gelap yang tabu untuk diulik, seks bebas salah satunya. Terdengar miris, namun sudah jamak diketahui bahwa momen valentine dimanfaatkan oleh sebagian oknum untuk melakukan pesta seks.
Disadur dari data survei yang dilakukan oleh Kristen Mark, 85 persen responden menganggap seks bebas merupakan perkara penting di Hari Valentine. Mencengangkan bukan? Fenomena yang memprihatinkan ini tentu saja memicu ]dampak buruk seperti kehamilan pranikah, penyakit menular, hingga bobroknya mental generasi bangsa.
Tak sampai disitu, Hari Valentine marak melahirkan budaya hedonisme di kalangan remaja. Coklat, mawar, dan boneka yang menjadi simbol valentine, serta perayaan-perayaan yang tidak memiliki makna telah mengajak bangsanya berhura-hura. Padahal makna sebenarnya valentine adalah hari kasih sayang, tidak hanya pacar, namun keluarga pun butuh kasih sayang.
Jika mengingat mengenai sejarah valentine yang kelam, dapat disimpulkan bahwa Hari Valentine merupakan budaya liberal yang masuk ke Indonesia dan telah mendoktrin pemikiran bangsa. Budaya-budaya tersebut tanpa kita sadari telah merubah pola pikir dan gaya hidup kita. Moral penerus bangsa menjadi sasaran, sehingga perlunya revolusi mental dan pola pikir anak muda agar dihindarkan dari budaya barat yang buruk.
Masalah yang pelik ini tak akan kunjung reda jika seluruh pihak tidak ikut serta dalam mengatasinya. Pemerintah perlu mengeluarkan larangan seks pranikah dan perayaan valentine yang tak bermakna. Meskipun beberapa wilayah telah menerapkannya, namun diperlukan penegakkan hukum agar hal tersebut dapat berjalan secara efektif.
Orang tua pun wajib untuk mengambil peran penting dalam masalah ini. Sebagai teladan bagi putra-putrinya, mereka wajib untuk terus mendampingi dan mengawasi setiap aktivitas yang dilakukan sang buah hati agar tidak terjerumus dalam bahaya momen valentine sekaligus memberikan contoh perbuatan baik bagi penerus bangsa.
Ditulis oleh :
Erchi Ad’ha Loyensya
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Mesin
Reporter ITS Online
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan
